Kamis, 26 Desember 2013

SATUAN ACARA PELAJARAN/PENYULUHAN (SAP) SIFILIS


SATUAN ACARA  PELAJARAN/PENYULUHAN (SAP)
SIFILIS







DISUSUN OLEH :
NIDA HIDAYATI
201110201111


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH
YOGYAKARTA
2013
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SIFILIS

       I.            Identifikasi masalah
Sifilis merupakan penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang menyebar cukup mengkhawatirkan di Indonesia khusus nya di di desa Nogotirto . Penyakit sifilis tidak bisa diabaikan, karena merupakan penyakit berat yang bila tidak terawat dapat menyerang hampir semua alat tubuh, seperti kerusakan sistem saraf, jantung, tulang, dan otak. Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis juga dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang bisa menyebababkan penyakit bawaan dak kematian. Kurangnya pengetahuan masyarakat di desa Nogotirto tentang bahaya dari penyakait sifilis, 8 dari 10 tidak mengetahui apa itu penyakit sifilis, maka dari itu perlu dilakukan penyuluhan tentang penyakit sifilis khususnya di desa Nogotirto.
 II.            Pengantar
Bidang studi : Kesehatan Reproduksi
Topik             :  Infeksi Menular Seksual
Sub topik      :  Sifilis
Sasaran          :  Bapak-Bapak dan Ibu – Ibu di desa Nogotirto, RT 05/01 Yogyakarta
Hari /tanggal : Selasa, 26 November 2013
Jam                : 10.00 - 10.35 WIB
Waktu           : 35 menit
Tempat          : Balai Desa Nogotirto 
III.            Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan,sasaran mampu menjelaskan dan memahami mangenai penyakit Sifilis.

IV.            Tujuan Intruksional Kusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, sasaran dapat :
1.      Mengetahui pengertian mengenai Sifilis
2.      Mengetahui etiologi Sifilis
3.      Mengetahui tanda dan gejala Sifilis
4.      Mengetahui tahan infeksi sifilis
5.      Mengetahui lewat penularan sifilis
6.      Mengetahui komplikasi sifilis
7.      Mengetahui pathofisiologi sifilis
8.      Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan Sifilis 

 V.            Materi
Terlampir

VI.            Metode :
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab

VII.            Media
1.      Materi SAP
2.      Power point

VIII.            Kegiatan pembelajaran
No
Waktu
Kegiatan role play model
Kegiatan peserta
1.
4 menit
Pembukaan
1.      Memberikan salam
2.      Menjelaskan tujuan pembelajaran
3.            Menyebutkan materi atau pokok bahasan yang di sampaikan

1.      Menjawab salam
2.      mendengarkan dan memperhatikan



2.
17 menit
Pelaksanaan materi
Pelaksanaan materi penyuluhan secara berurutan dan terartur
Materi :
1.      Mengetahui pengertian mengenai Sifilis
2.      Mengetahui etiologi Sifilis
3.      Mengetahui tanda dan gejala Sifilis
4.      Mengetahui tahan infeksi sifilis
5.      Mengetahui lewat penularan sifilis
6.      Mengetahui komplikasi sifilis
7.      Mengetahui pathofisiologi sifilis
8.      Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan Sifilis 






Menyimak dan memperhatikan
3.
10 menit
Evaluasi :
1.      menyimpulkan isi penyuluhan
2.      menyampaikan secara singkat materi penyuluhan
3.      memberi kesempatan kepada audience untuk bertanya
4.      memberikan kesempatan kepada udience untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan

Bertanya dan menjawab pertanyaan

4.
4 menit
Penutup
1.      menyimpulkan materi yang telah disampaikan
2.      menyampaikan terima kasih tas waktu yang telah diberikan oleh peserta
3.      mengucapkan salam


Menjawab salam

IX.  Pengesahan
Yogyakarta, 26 November 2013
    Sasaran                                                                                    Pemberi Penyuluhan
    
  (Bapak dan Ibu)                                                                                (Nida Hidayati)

Mengetahui
Pembimbing

(Suri Salmiyati S.kep, Ns )

 IX.            Evaluasi
          Metode evaluasi          : Diskusi tanya jawab
          Jenis pertanyaan          : lisan
          Jumlah soal                  : 2 soal
Pertanyaan                  :
a)      Apa penyakit sifilis ?
b)      Bagaimana penyakit sifilis menular ?

    X.            Lampiram materi
A.    Definisi
Sifilis merupakan salah satu jenis penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri  Treponema pallidum yakni bakteri yang berbentuk spiral (spirochaeta). Penyakit ini mempunyai beberapa sifat, yaitu perjalanan penyakitnya sangat kronis, dapat menyerang hampir semua organ tubuh (seperti:sistem kardiovaskular,otak dan susunan saraf), dapat menyerupai macam-macam penyakit, mempunyai masa laten,serta  dapat kambuh kembali (rekuren).
Sifilis atau raja singa adalah infeksi menular seksual yg di sebabkan oleh bakteri  treponema pallidum . Bakteri treponema pallidum masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir, mulut dan kulit saat melakukan hubungan intim maupun oro genital. Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan . Jadi Anda tidak dapat tertular oleh sifilis dari handuk, pegangan pintu atau tempat duduk toilet.

B.     Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah Treponema pallidum yang termasuk ordo spirochaetales, familia spirochaetaceae, dan genus treponema. T. pallidum berbentuk spiral, panjang 5-20 µm, lebar 0,1-0,2 µm,gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol.

C.    Tanda dan Gejala
Penderita penyakit sifilis biasanya tidak menunjukkan keluhan sampai beberapa tahun. Penderita hanya menunjukkan gejala-gejala yang akan timbul sekitar 3 minggu sampai 6 bulan setelah berhubungan intim atau seks dengan penderita, umumnya ditandai dengan :
1)      Timbul benjolan dan luka disekitar alat kelamin
2)       Luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit 
3)      Dalam beberapa minggu luka akan hilang, namun justru bakteri akan menetap pada tubuh dan penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh. Lecet-lecet tersebut  akan hilang juga, dan virus akan menyerang bagian tubuh lain 
4)      Terkadang  penderita sering pusing-pusing dan mengalami  nyeri tulang seperti gejala flu 
5)      Muncul bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan intim atau seks dengan penderita.

D.    Tahap Infeksi Sifilis
Gelaja penyakit sifilis dapat di lihat berdasarkan tahapan infeksi menular seksual menjadi 4 fase sebagai berikut
1.      Stadium Primer
Sifilis tingkat primer biasa ditandai dengan luka tunggal (chancre) dan  bisa menjadi luka bergerombol. Terbentuk Chancre pada tempat infeksi sekitar 3 minggu setelah infeksi yang berukuran beberapa mm sampai 2 cm. Waktu antara terinfeksi sifilis dengan waktu terlihatnya gejala pertama antara 10-90 hari,atau berkisar0- 3 bulan setelah terinfeksi. Chancre biasanya menetap, bundar, kecil dan tanpa rasa sakit. Kebanyakan chancre muncul pada penis, anus, dan rektum  pada pria, sedangkan pada wanita pada vulva, leher rahim dan antara vagina dan anus (perineum). Selain itu dapat terbentuk di bibir, tangan, atau mata.  Chancre akan hilang 3-6 minggu dan akan sembuh tanpa  pengobatan. Tetapi bagaimanapun juga jika pengobatan sedini mungkin tidak dilakukan, maka infeksi akan berkembang ke tingkat sekunder. (Wilson, 2001).
2.      Stadium Sekunder
Gejala klinis pada stadium ini biasanya terjadi 6 minggu setelah pecahnya Chancre atau selambat-lambatnya 6 bulan setelah infeksi. Penderita sering mengalami demam.Semua jaringan tubuh dapat diserang terutama kulit dan selaput lendir. Kulit dapat mengalami kelainan yang tidak gatalberupa makula, papula, pustula (Wilson, 2001).
Ruam sering muncul sekitar 6 minggu sampai 3 bulan setelah chancre sembuh. Ruam dapat menutupi bagian tubuh, tetapi cenderung meletus pada telapak tangan atau telapak kaki. Ini tidak gatal. Lesi menyakitkan juga dapat terbentuk di selaput lendir mulut dan tenggorokan dan pada tulang dan organ dalam. Pada saat ini, penyakit ini sangat menular, karena bakteri terdapat pada sekresi dari lesi. Ruam biasanya sembuh tanpa pengobatan dalam waktu 2 sampai 6 minggu. Gejala lain berupa demam, sakit tenggorokan, kelelahan, sakit kepala, sakit leher, sakit sendi, malaise dan rambut rontok. Sejumlah besar pasien tidak menunjukkan gejala pada tahap ini dari penyakit (Swierzewski, 2007).
3.      Stadium Laten
Pada stadium ini disebut fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala-gejala klinik sifilis sekunder dan tersier ini berlangsung antara beberapa bulan sampai bertahun-tahun (Wilson, 2001).
Bakteri tetap aktif dalam kelenjar getah bening dan limpa. Stadium ini bisa bertahan 3-30 tahun dan mungkin tidak berlanjut ke sifilis tersier. Sekitar 30% dari orang yang terinfeksi bertahan dalam keadaan laten(Swierzewski, 2007).
4.      Stadium Tersier
Stadium tersier dapat terjadi bertahun-tahun setelah gejala-gejala sifilis sekunder menghilang. Muncul kelainan-kelainan yang terjadi akibat reaksi alergi dari jaringan terhadap organisme yang berupa reaksi gumma. Kelainan yang terjadi berupa rusaknya organ dalam seperti otak, syaraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan persendian (Wilson, 2001).

5.      Sifilis kongenital
Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibunya yang menderita sifilis.  Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu, karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi masih belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop elektron dapat ditemukan Treponema pallidum pada janin berusia 9-10 minggu.Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada dua tahun pertama kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua tahun pertama kehidupan anak disebut dengan sifilis kongenital lanjut.

E.     Penularan Sifilis
Sifilis dapat ditularkan dari orang ke orang yang lain melalui hubungan genitor - genital (kelamin - kelamin) maupun oro-genital (seks oral).
Sifilis terutama ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan dari ibu ke janinnya . Risiko dari penularan karena berbagi jarum suntik tidaklah banyak. Sifilis tidak dapat ditularkan melalui dudukan toilet, aktifitas sehari-hari, bak panas, atau berbagi alat makan serta pakaian .
F.      Patofisiologi dari Sifilis
Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan lesi yang mengandung Treponema. Treponema dapat masuk melalui selaput lender yang utuh atau kulit dengan lesi, kemudian masuk ke peredaran darah dan semua organ dalam tubuh. Infeksi bersifat sistemik dan manifestasinya akan tampak kemudian. Perkembangan penyakit sifilis berlangsung dari satu stadium ke stadium berikutnya. Sepuluh sampa 90 hari (umumnya 3-4 minggu) setelah terjadi infeksi, pada tempat masuk T.pallidum timbul lesi primer yang bertahan 1-5 minggu dan kemudian hilang sendiri. Kurang lebih 6 minggu (2-6 minggu) setelah lesi primer terdapat kelainan kulit dan selaput lender pada permukaan menyeluruh, kemudian ,mengadakan konfluensi dan berbentuk khas. Kadang-kadang kelainan kulit hanya sedikit dan sepintas lalu.
G.    Komplikasi pada Penyakit Sifilis
1.              Kerusakan Otak Sebagai Dampak Komplikasi sifilis
Ada beberapa kasus kerusakan otak akibat penyakit sifilis, salah satunya adalah Neurosifilis. Neurosifilis adalah infeksi otak atau sumsum tulang belakang yang terjadi pada orang yang memiliki sifilis namun tidak diobati selama bertahun-tahun. Itulah mengapa semua jenis penyakit baik yang ringan apalagi yang berat harus segera diobati. Jika tidak hanya akan menyebabkan penyakit lain yang lebih parah. Seperti Neurosifilis ini yang timbul akibat penyakit sifilis tidak segera diobati. Penyakit neurosifilis disebabkan oleh bakteri yang bernama Treponema pallidum, bakteri ini merupakan bakteri yang menyebabkan  penyakit sifilis. Neurosifilis biasanya terjadi sekitar 10 sampai 20 tahun setelah seseorang pertama terinfeksi sifilis, dan tidak segera diobati oleh penderitanya. Namun begitu, tidak semua orang yang memiliki sifilis akan mengembangkan komplikasi ini. sebab hanya penderita penyakit sifilis yang tidak diobatilah yang sering memiliki komplikasi penyakit neurosifilis ini.

H.    Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Sifilis
Ada beberapa cara pencegahan sifilis, diantaranya adalah:
1.              Berhenti melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama
2.              Memiliki satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan seksual
3.              Menghindari Alkohol dan obat-obat terlarang
4.              Membicarakan secara terbuka mengenai riwayat penyakit kelamin yang dialami bersama pasangan Biasakan menggunakan kondom bila harus berhubungan
5.              Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dantransfusi darah yang sudah terinfeksi 
6.              Menggunakan kondom saat berhunungan , mencegah penularanPMS.
 Tidak ada vaksin terhadap sifilis. Untuk perseorangan penggunaan kondom sangat efektif. Untuk masyarakat, cara utama pencegahan sifilis ialah melalui pengendalian yang meliputi pemeriksaan serologis dan pengobatan penderita. Sifilis bawaan dapat dicegah dengan perawatan prenatal (sebelum kelahiran) yang semestinya.

Pengobatan
Penderita Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya. Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr, ataueritromisin 4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100 mg/hr Menurut statistik,perawatan dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien biasanya tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif adalah dengan penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine di ikutkan untuk mengurangi rasa sakit); dosis harus diberikan setengah disetiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit.Cara lain adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memilikidurasi yang lama) dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena adabeberapa jenis sifilis kebal terhadap azithromycin dan sekitar 10% kasus terjadipada tahun 2004. Perawatan lain kurang efektif karena pasien diharus kanmemakan pil beberapa kali per hari.
Sifilis mudah untuk disembukan dalam tahap awal, suntikan intramuskuler tungal dari pemnisin, antibiotik, akan menyembuhakan orang yangmemiliki sifilis kurang dari satu tahun. Dosis di tambahkan untuk mengobatiorang yang memiliki sifilis selama lebih dari satu tahun. Bagi penderita yangalergi dengan penisilin,antibiotik lain yang tersedia untuk mengobati sifilis,pengobatan akan membunuh bakteri sifilis dan mencegah kerusakan lebihlanjut,tetapi tidak akan memperbaiki kerusakan yang telah dilakukan.Pengobatan sifilis dalam kehamilan yitu dengan penisilin 1 kali penyuntiksn dirasa cukup adekuat, meski beberapa penderita memerlukan 1-3kali suntkan penisilin.dokter akan menderita yang telah menjalani medikasiuntuk melakukan tes darah setahun kedepan, yang di maksudkan untuk memastikan bahwa bakreri telah lisis dari tubuh penderita
6.      Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik.Pemeriksaan fisik dilakukan di seluruh permukaan kulit, rambut dan kuku, pembengkakan kelenjar getah bening, selaput lendir mulut, daerah genitalia/anogenitalia. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pemeriksaan sediaan langsung dan serologis.
Ada 2 jenis pemeriksaan darah yang digunakan:
Ø  Tes penyaringan : VDRL (venereal disease research laboratory) atau RPR (rapid plasma reagin).
Tes penyaringan ini mudah dilakukan dan tidak mahal. Mungkin perlu dilakukan tes ulang karena pada beberapa minggu pertama sifilis primer hasilnya bisa negatif.
Ø  Pemeriksaan antibodi terhadap bakteri penyebab sifilis.
Pemeriksaan ini lebih akurat. Salah satu dari pemeriksaan ini adalah tes FTA-ABS (fluorescent treponemal antibody absorption), yang digunakan untuk memperkuat hasil tes penyaringan yang positif.
Pada fase primer atau sekunder, diagnosis sifilis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis terhadap cairan dari luka di kulit atau mulut.

















Daftar Pustaka

Wilson, Walter R and Sande, M. 2001. Current Diagnosis & Treatment in Infectious Diseases. The McGraw-Hill Companies, United States of America.
Taber, benzio.1994,kedaruratan obstetric dan genekologi,EGC,Jakarta
    M, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. FK UI. Jakarta
Djuanda adhi, dkk Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV . Jakarta 2005


Tidak ada komentar:

Posting Komentar