Minggu, 29 Desember 2013

ORTHOPEDIK



BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFINISI
Orthopedik adalah cabang ilmu bedah yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pemulihan fungsi sistem rangka, persendiannya, dan stuktur yang berkaitan. Berhubungan dengan koreksi deformitas sistem muskuloskeletal; berhubungan dengan orthopedik (Dorland, 1998).
Bedah orthopedi adalah suatu tindakan bedah untuk memullihkan kondisi disfungsi muskuloskeletal seperti, fraktur yang tidak stabil, deformitas, dislokasi sendi, jaringan nekrosis dan terinfeksi, sindrom kompartemen, serta sistem muskuloskeletal (Brunner & Suddart).

B.     JENIS-JENIS PEMBEDAHAN ORTHOPEDIK
1. Reduksi terbuka: Adalah melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan deseksi dan pemajanan tulang yang patah.
2.  Fiksasi interna: Adalah stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan sekrup, plat, paku, dan pin logam.
3. Graft tulang: Adalah penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi, atau mengganti tulang yang berpenyakit.
4.  Amputasi: Adalah penghilangan bagian tubuh.
5. Artroplasti: Adalah memperbaiki masalah sendi dengan arthostop (suatu alat yang memungkinkan ahli bedah mengoprasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
6.   Menisektomi: Adalah eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
7. Penggantian sendi: Adalah penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.
8. Penggantian sendi total: Penggantian permukaan artikuler dalam sendi dengan bahan logam atau sintetis.
9.  Transfer tendo: Adalah pemindahan insersi untuk memperbaiki fungsi.
10. Fasiotomi: Adalah pemotongan fascia otot untuk menghilangkan kontriksi otot atu mengurangi kontraktur fascia. (Brunner & Suddarth. 2002).

C.     MACAM-MACAM GANGGUAN ORTHOPEDIK
1.      Fraktur: Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur,5 diantaranya adalah;
a.       Inclomplete: fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang. Salah satu sisi patah, yang lain biasanya hanya bengkok atau greenstick.
b.      Complete: garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.
c.       Tertutup (simple) : fraktur tidak meluas melewati kulit
d.      Terbuka (compound) : fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensian untuk terjadi infeksi.
e.       Patologis : fraktur terjadi pada penyakit tulang atau seperti kanker, osteoporosis, dengan tak ada trauma atau hanya minimal.
2.      Bedah rekrontuksi wajah
3.      Amputasi: Pada umumnya amputasi disebabkan oleh kecelakaan, penyakit, dan gangguan kongenital. Untuk tujuan perencanaan asuhan ini, amputasi adalah pengangkatan melalui bedah atau traumatik pada tungkai. Amputasi ekstremitas bawah dilakukan lebih sering dari pada amputasi ekstremitas atas. Lima tingkatan yang sering digunakan pada amputasi ekstremitas bawah, telapak dan pergelangan kaki, bawah lutut (ABL), disartikulasi dan atas lutut, disertikulasi lutut-panggul, dan hemipelviktomi dan amputasi translumbar.
Terdapat dua tipe amputasi:
a.       Terbuka (provisional), yang memerlukan teknik aseptik ketat dan refisi lanjut.
b.      Tertutup atau flaps.
4.      Penggantian sendi total: Penggantian sendi diindikasikan unuk kerusakan sendi peka rangsang dan nyeri yang tak hilang (contoh; degeneratif dan artritis reumatoid; fraktur tertentu (contoh, leher femur), ketidakstabilan sendi panggul kongenital. Penggantian panggula dan lutut dalam bedah paling umum. Prostase mungkin besi atau polietilen (atau kombinasi) dan ditanam dengan semen akrilik, atau mungkin sesuatu yang berpori-pori, implan bersalut yang mendorong pertumbuhan tulang kedalam (Doengoes Marilyn. 2000.

D.    KOMPLIKASI
1. Syok Hipovolemik: Kehilangan darah yang sangat banyak sebelum atau sesudah pembedahan akan menyebabkan syok yang kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat yang akhirnya menyebabkan gangguan metaboli seluler.
2. Atelaktasis dan pnemonia: Pada pasien pre dan post bedah sering mengalami gangguan pernafasan. Pengembangan paru yang penuh dapat mencegah penimbunan sekresi pernafasan dan terjadinya atelaktasis dan pnemonia.
3. Retensi urine: Haluaran urin harus dipantau setelah pembedahan setiap 3 sampai 4 jam sekali untuk mencegah terjadinya retensi urin karena biasanya pasien dengan bedah orthopedi mengalami keterbatasan gerak sehingga akan mengganggu aktifitasnya termasuk untuk berkemih. Pada klien yang tidak bisa berkemih dapat dipasang kateter intermiten sampai klien mampu untuk berkemih mandiri.
4. Infeksi: Infeksi merupakan resiko pada setiap pembedahan. Infeksi merupakan perhatian khusus terutama pada pasien post operasi orthopedi karena tingginya resiko ostheomilitis.
5. Trombosis Vena Profunda: Penyakit trombeobolik merupakan salah satu dari semua komplikasi yang paling sering dan paling berbahaya pada pasien pasca operasi orthopedic. Usia lanjut, hemostasis, pembedahan orthopedik ekstermitas bawah dan imobilisasi merupakan faktor resiko.

E.     PENATALAKSANAAN BEDAH ORTHOPEDIK
Banyak pasien yang mengalami difungsi muskuloskletal harus menjalani pembedahan untuk mengoreksi masalahnya. Maslah yang dapat dikoreksi meliputi stabilisasi, fraktur, deformitas, penyaki sendi, jaringan infeksi atau nekrosis, gangguan peredaran darah (missal : sindrom kompartemen) adanya tumor. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan adalah meliputi reduksi terbuka dengan fiksasi interna (ORIF : open reduction and internal fixation) untuk fraktur antroplasti, menisektomi, dan penggantian sendi untuk masalah sendi, amputai untuk masalah extremitas berat (missal : ganggren trauma pasif). Sasaran kebanyakan bedah orthopedic adalah memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas sertamengurangi nyeri dan distabilitas.

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan penunjang pre operasi orthopedic
a.Pemeriksaan Laboratorium
a.Pemeriksaan darah
a)Kadar Hb
b)Hitung darah putih
c)Kadar kalsium serum dan fosfor serum
d)Fosfatase asam dan fosfatase alkali
e)Kadar enzym serum kreatinin kinase (CK) dan SGOT, aspartat aminotransferase
f)LED
b.Pemeriksaan urin: Kadar kalsium urin
b.Pemeriksaan radiologi
1)Sinar-X
2)CT scan
3)MRI
4)Angiogradi
5)Venogram
6)Mielografi
7)Discografi
8)Artrografi
9)Biopsi
2.Pemeriksaan penunjang post operasi orthopedic
a.Pemeriksaan Laboratorium
1)Pemeriksaan darah: Kadar Hb dan Profil koagulas
2)Pemeriksaan urin: Kadar kalsium urin
b.Pemeriksaan Radiologi
a.Sinar-X
b.CT scan
c.MRI
d.Arteriogram
e.Venogram
f.Miolografi
g.Discografi
h.Artrografi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar