BAB
II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Orthopedik
adalah cabang ilmu bedah yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pemulihan
fungsi sistem rangka, persendiannya, dan stuktur yang berkaitan. Berhubungan
dengan koreksi deformitas sistem muskuloskeletal; berhubungan dengan orthopedik
(Dorland, 1998).
Bedah
orthopedi adalah suatu tindakan bedah untuk memullihkan kondisi disfungsi
muskuloskeletal seperti, fraktur yang tidak stabil, deformitas, dislokasi
sendi, jaringan nekrosis dan terinfeksi, sindrom kompartemen, serta sistem
muskuloskeletal (Brunner & Suddart).
B. JENIS-JENIS
PEMBEDAHAN ORTHOPEDIK
1.
Reduksi terbuka: Adalah melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan deseksi dan pemajanan tulang yang
patah.
2. Fiksasi interna: Adalah stabilisasi tulang
patah yang telah direduksi dengan sekrup, plat, paku, dan pin logam.
3.
Graft tulang: Adalah penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi, atau mengganti tulang
yang berpenyakit.
4.
Amputasi: Adalah penghilangan bagian
tubuh.
5.
Artroplasti: Adalah memperbaiki masalah sendi dengan arthostop (suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoprasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau
melalui pembedahan sendi terbuka.
6. Menisektomi: Adalah eksisi fibrokartilago
sendi yang telah rusak.
7.
Penggantian sendi: Adalah penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau
sintetis.
8.
Penggantian sendi total: Penggantian permukaan artikuler dalam sendi dengan bahan
logam atau sintetis.
9.
Transfer tendo: Adalah pemindahan
insersi untuk memperbaiki fungsi.
10.
Fasiotomi: Adalah pemotongan fascia otot untuk menghilangkan kontriksi otot atu
mengurangi kontraktur fascia. (Brunner & Suddarth. 2002).
C. MACAM-MACAM
GANGGUAN ORTHOPEDIK
1. Fraktur:
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur,5
diantaranya adalah;
a. Inclomplete:
fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang. Salah satu sisi
patah, yang lain biasanya hanya bengkok atau greenstick.
b. Complete:
garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen
tulang biasanya berubah tempat.
c. Tertutup
(simple) : fraktur tidak meluas melewati kulit
d. Terbuka
(compound) : fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensian
untuk terjadi infeksi.
e. Patologis
: fraktur terjadi pada penyakit tulang atau seperti kanker, osteoporosis,
dengan tak ada trauma atau hanya minimal.
2. Bedah
rekrontuksi wajah
3. Amputasi:
Pada umumnya amputasi disebabkan oleh kecelakaan, penyakit, dan gangguan
kongenital. Untuk tujuan perencanaan asuhan ini, amputasi adalah pengangkatan
melalui bedah atau traumatik pada tungkai. Amputasi ekstremitas bawah dilakukan
lebih sering dari pada amputasi ekstremitas atas. Lima tingkatan yang sering
digunakan pada amputasi ekstremitas bawah, telapak dan pergelangan kaki, bawah
lutut (ABL), disartikulasi dan atas lutut, disertikulasi lutut-panggul, dan
hemipelviktomi dan amputasi translumbar.
Terdapat
dua tipe amputasi:
a. Terbuka
(provisional), yang memerlukan teknik aseptik ketat dan refisi lanjut.
b. Tertutup
atau flaps.
4. Penggantian
sendi total: Penggantian sendi diindikasikan unuk kerusakan sendi peka rangsang
dan nyeri yang tak hilang (contoh; degeneratif dan artritis reumatoid; fraktur
tertentu (contoh, leher femur), ketidakstabilan sendi panggul kongenital.
Penggantian panggula dan lutut dalam bedah paling umum. Prostase mungkin besi
atau polietilen (atau kombinasi) dan ditanam dengan semen akrilik, atau mungkin
sesuatu yang berpori-pori, implan bersalut yang mendorong pertumbuhan tulang
kedalam (Doengoes Marilyn. 2000.
D. KOMPLIKASI
1.
Syok Hipovolemik: Kehilangan darah yang sangat banyak sebelum atau sesudah
pembedahan akan menyebabkan syok yang kemudian diikuti perfusi jaringan dan
organ yang tidak adekuat yang akhirnya menyebabkan gangguan metaboli seluler.
2.
Atelaktasis dan pnemonia: Pada pasien pre dan post bedah sering mengalami
gangguan pernafasan. Pengembangan paru yang penuh dapat mencegah penimbunan
sekresi pernafasan dan terjadinya atelaktasis dan pnemonia.
3.
Retensi urine: Haluaran urin harus dipantau setelah pembedahan setiap 3 sampai
4 jam sekali untuk mencegah terjadinya retensi urin karena biasanya pasien
dengan bedah orthopedi mengalami keterbatasan gerak sehingga akan mengganggu
aktifitasnya termasuk untuk berkemih. Pada klien yang tidak bisa berkemih dapat
dipasang kateter intermiten sampai klien mampu untuk berkemih mandiri.
4.
Infeksi: Infeksi merupakan resiko pada setiap pembedahan. Infeksi merupakan
perhatian khusus terutama pada pasien post operasi orthopedi karena tingginya
resiko ostheomilitis.
5.
Trombosis Vena Profunda: Penyakit trombeobolik merupakan salah satu dari semua
komplikasi yang paling sering dan paling berbahaya pada pasien pasca operasi
orthopedic. Usia lanjut, hemostasis, pembedahan orthopedik ekstermitas bawah
dan imobilisasi merupakan faktor resiko.
E. PENATALAKSANAAN
BEDAH ORTHOPEDIK
Banyak pasien yang
mengalami difungsi muskuloskletal harus menjalani pembedahan untuk mengoreksi
masalahnya. Maslah yang dapat dikoreksi meliputi stabilisasi, fraktur,
deformitas, penyaki sendi, jaringan infeksi atau nekrosis, gangguan peredaran
darah (missal : sindrom kompartemen) adanya tumor. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan adalah meliputi reduksi terbuka dengan fiksasi interna (ORIF :
open reduction and internal fixation) untuk fraktur antroplasti, menisektomi,
dan penggantian sendi untuk masalah sendi, amputai untuk masalah extremitas
berat (missal : ganggren trauma pasif). Sasaran kebanyakan bedah orthopedic
adalah memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas
sertamengurangi nyeri dan distabilitas.
F. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.Pemeriksaan
penunjang pre operasi orthopedic
a.Pemeriksaan
Laboratorium
a.Pemeriksaan
darah
a)Kadar
Hb
b)Hitung
darah putih
c)Kadar
kalsium serum dan fosfor serum
d)Fosfatase
asam dan fosfatase alkali
e)Kadar
enzym serum kreatinin kinase (CK) dan SGOT, aspartat aminotransferase
f)LED
b.Pemeriksaan
urin: Kadar kalsium urin
b.Pemeriksaan
radiologi
1)Sinar-X
2)CT
scan
3)MRI
4)Angiogradi
5)Venogram
6)Mielografi
7)Discografi
8)Artrografi
9)Biopsi
2.Pemeriksaan
penunjang post operasi orthopedic
a.Pemeriksaan
Laboratorium
1)Pemeriksaan
darah: Kadar Hb dan Profil koagulas
2)Pemeriksaan
urin: Kadar kalsium urin
b.Pemeriksaan
Radiologi
a.Sinar-X
b.CT scan
c.MRI
d.Arteriogram
e.Venogram
f.Miolografi
g.Discografi
h.Artrografi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar