MAKALAH
KEPERAWATAN MATERNITAS II
“ KETUBAN PECAH
DINI
“
Pembimbing : Pahrika
Disusun
oleh :
ü Ayu Fiaka Dhin
ü Dessy Kusuma Wardani
ü Dini Anggraini
ü Eva Aryandini
ü Hera Nur Febri
ü Intan Pramuni
ü Lia Fitari
ü Nida Hidayati
ü Novia Risky
ü Rahmat Hidayat
ü Sulistiyani
ü Sari Apriani
ü Titis Puspitasari
ü Widya Astuti
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES
‘AISYIYAH YOGYAKARTA
SEMESTER
GENAP TA 2013/2014
BAB
III
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum
terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan suatu masalah yang harus
mendapatkan penanganan yang sesuai dengan prosedur agar tidak terjadi
komplikasi yang tidak diinginkan. Penanganan segera pada ketuban pecah dini
yaitu dengan pemberian antibiotik dan segera lakukan induksi persalinan jika
umur kehamilan sudah aterm tapi jika belum aterm (prematur) pertahankan. Asuhan
ini dilaksanakan dengan tujuan agar janin dan ibu bisa menjalani proses
persalinan dengan normal dan tanpa adanya komplikasi. Pada proses persalinan
ini membutuhkan asuhan yang optimal dan dukungan dari semua pihak khususnya
keluarga dan penolong yang terampil agar proses persalinan berjalan dengan
lancar, bayi dan ibu sehat sehingga dapat menurunkan adanya morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi.
B.
Tujuan umum
Setelah
melakukan asuhan keperawatan pada G4P3A0 UK 37 minggu Aterm, tunggal, hidup, intrauterin
dengan ketuban pecah dini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan asuhan
keperawatan secara komprehensif
C.
Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa
mampu :
a. Mengetahui pengertian Ketuban Pecah
Dini
b. Mengetahui penyebann Ketuban Pecah
Dini
c. Menjelaskan tanda dan gejala Ketuban
Pecah Dini
d. Mengetahui pemeriksaan penunjang
Ketuban Pecah Dini
e. Mengetahui Phatofisiologi pada
Ketuban Pecah Dini
f. Mengetahui komplikasi Ketuban Pecah
Dini
g. Menjelaskan penanganan Ketuban Pecah
Dini
h. Mengetahui ASKEP Ketuban Pecah
Dini
BAB
II
PEMBAHSAN
A.
Pengertian
Pengertian
KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes Before theon setoflabour.
Hacker(2001) mendefinisikan KPD sebagai Amnioreksis sebelum permulaan
persalinan pada setiap tahap kehamilan. Sedangkan Mochtar(1998) mengatakan
bahwa KPD adalah pecahnya Ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada
primi kurang dari 3 Cm dan pada multipara kurang dari 5cm. Hakimi (2003)
mendefinisikan KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1jam atau lebih sebelum
Dimulainya persalinan.
Ketuban
pecah dini (KPD) didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini (Sarwono, 2008).
Ketuban
pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.
B. Tanda
dan Gejala
Walaupun
banyak publikasi tentang kpd, namun penyebabnya masih belum di ketahui dan
tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor
yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan
sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah :
1. Infeksi
Infeksi
yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban mauoun asendern dari vagina
atu infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Serviks yang
inkompentesia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena itu kelainan
pada servik uteri (akibat persalinan, curettage). Tekanan intra uteri yang
meninggi atau meningkat secara brlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma,
hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor
predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan
eksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD
karena biasanya disertai infeksi. Kelainan latak, misalnya sungsang, sehingga
tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang
dapat menghalangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah.
Keadaan social ekonomi Faktor lain:
a) Faktor
golongan darah akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
b) Faktor
disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
c) Faktor
multi graviditas, merokok dan perdarahan anterpartum.
d) Defisiensi
gizi dari tembaga atau asam askorbat ( vitamin C).
Pada sebagian besar kasus penyebabnya, belum di
temukan. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu rwayat
kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan.
Beberapa
faktor KPD:
1. Inkompentensi
serviks(leher rahim)
2. Polyhidramnion
( cairan ketuban berlebih)
3. Riwayat
KPD sebelumnya
4. Kalinan
atu kerusakan selaput ketuban
5. Kehamilan
kembar
6. Trauma
7. Serviks
(leher rahim) yang pendek (<24 mm) pada usia kehamilan 23 minggu.( (Sualman, 2009).
C. Penyebab
ari ketuban putih keruh, bau anyir
a. Adanya
bakteri atau infeksi pada vagina,
b. Minum
jamu saat hamil
c. Klainan
otak ( sunsang)
d. Sosek(
gol darah, kelemahan jaringan kulit)
e. Servik
inkompenten
f. Ketegangan
rahim berlebihan
g. Kehamilan
ganda
D. Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksaan
laboratrium
Cairan yang keluar dari
vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, baud an pH. Cairan yang keluar
dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga atau secret vagina. Secret
vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap
kuning:
a. Tes
lakmus ( tes nitrazin ), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban ( alkalis). pH air ketuban 7-7,5, darah dan
infeksi vagina dapat menghasilkan tes positif yang palsu.
b. Mikroskopik
(tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
2. Pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) pemeriksaan ini di maksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD . terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oliohidromnion. Walaupun
pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD
sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.
E. Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%). High virulence : bacteroides.
Low virulence : lactobacillus. Kolagen
terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem
aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi
dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan
kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput
korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah
spontan.
F. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernafasan, yang
terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko infeksi meningkat pada kejadian
KPD. Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaliknya di evaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamionitis (radang pada korion dan amnion). Selain
itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Resiko kecacatan
dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan
komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir
100% apabila KPD preterm kini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23
minggu.
ü Infeksi
intrauterine
ü Tali
pusat menumbung
ü Prematuritas
ü Distosia
G. Penatalaksanaan
Ketuban pecah
dini termasuk dalam kehamilan resiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola KPD akan
membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.
Penatalaksanaan KPD masih dilemma bagi sebagian besar ahli kebidanan, selama
masih beberapa masalah dan masih belum terjawab. Kasus KPD yang cukup bulan,
kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan isidensi bedah sesar, dan
kalau menunggu persalinan sepontan akan menaikan insidensi chorioamnionitis.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur
kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak di ketahui secara pasti segera di lakukan
pemeriksaan USG untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang
lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan
sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati
untuk menentukan waktu yang optimal untuk oersalinan. Pada kehamilan cukup
bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban
atau lama periode laten. Kebanyakan penulis sepakat mengambil dua faktor yang
di pertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap penderita KPD
yaitu umur kehamilan dan ada tidknya tanda-tanda infeksi pada ibu.
1. Penatalaksanaan
KPD pada kehamilan aterm (>37 minggu)
Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten
dan durasi KPD keduanya mempunyai hubunan yang bermakna dengan peningkatan
dengan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya
ketuban dan permulaan dari persalinan disebut permulaan periode laten
=L.P=”lag” period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya. Pada
hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan
sendirinya. Sekitar 70-80% kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24
jam dan setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban
pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka di lakukan induksi persalinan, dan
bila gagal di lakukan maka bedah Caesar.
Pemberian antibiotic profilaksis
dapat menurunkan infeksi pada ibu. Waktu pemberian antibiotic hendaknya di
berikan segera setela diagnosis KPD di tegakkan dengan pertimbangan: tujuan
profilaksis lebih dari 6jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses
persalinan umunya berlangsung lebih dari 6 jam.
Pengawasan sangat penting dan jika
pengawasan kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan
ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin kepanjangan
(his kurang kuat). Induksi di lakukan dengan memperhatikan bishop score jika
>5 induksi dapat di lakukan, sebaliknya <5, dilakukan pematangan servik,
jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksiosesaria.
2. Pentalaksanaan
KPD pada kehamilan preterm (<37 minggu)
Pada kasus KPD dengan umur kehamilan yangkurang
bulan tidak di jmpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat kosefatif
disertai pemberian antibiotic yang adekuat sebagai profilaksi. Penderita perlu
di rawat di rumahsakit di tidurkan pada posisi trendelenberg, tidak perlu di
lakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan
mencapai 37 minggu.
Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan
mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat
menimbulkan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan.
Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri,
rupture uteri, emboli air ketuban dan jua mungkin terjadi intoksikasi.
Kegagalan dari induksi persalina biasanya
diselesaikan dengan tindakan bedah sesar. Seperti halnya pada pengolaan KPD
yang cukup bulan, tindakan bedah sesar setidaknya hendaknya dikerjakan bukan
semata-mata karena infeksi intrauteri tetapi seyogyanya ada indikasi obsetetrik
yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju, dll.
Selain komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi
akibat tindakan aktif. Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabkan
komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga
dikatakan pengolaan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan
terhadap k emungkinan infeksi intrauterine.
Sikap konsevatif meliputi pemeriksaan leokosit darah
tepi setiap hari, pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperature setiap 4
jam, pengawasan denyut janutng janin, pemberian antibiotic mulai saat diagnosis
di teggakan dan selanjutnya setiap 6 jam.
Pemberian kartikosteroid antenatal pada pretrn KPD
telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS.(The National of
Health (NIH) telah merekomendasikn penggunaan kartikosteroid pada pretrn KPD
pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi antramanion. Sediaan terdiri
atas betametoson 2 dosis masing-masing 12mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4
dosis masing-masing mg tiap 12 jam.
H. Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan manun belum ada
yang terbukti cukup efektif. Mengurangi aktiitas atau istirahat pada ahir
triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan. Ada 3 macam bentuk solusi
berdasarkan jumlah plasenta yang terlepas. Bila plasenta terlepas seluruhnya
disebut solusi plasenta totalis. Bila sebagian kecil pinggir plasenta disebut
rupture sinus marginalis.
Perdarahan yang terjadi pada sulosi tidak selalu
terlihat dari luar. Pada kasus yang jarang, darah dapat tidak mengalir, tetapi
tertahan diantara plasenta yang lepas dan uterus sehingga terjadi perdarahan sembunyi.
Bahkan, perdarahan dapat menembus selaput ketuban lalu masuk ke dalam
kantong ketuban .
BAB
III
ASKEP
A. Skenario
Seorang ibu berusia 38 tahun G4P3A0
hamil 37 minggu. Pada haru ini tanggal 10 april 2013 pukul 10.00 WIB datang ke
klinik maternitas diantar suaminya dengan keluhan keluar cairan dari kemaluan
terus menerus sejak pukul 07.00 WIB. Cairan yang keluar berwarna putih keruh
dan berbau anyir. Ibu dan suami kwatir akan mengancam kondisi janinnya karena
belum waktunya melahirkan dan tidak merasakan tanda-tanda persalinan. Hasil
pemeriksaan pH 7, tidak terdapat dilatasi serviks, hasil pemeriksaan janin
dengan USG : DJJ 140 x/menit teratur, posisi persentasi kepala, punggu kiri,
air ketuban menunjukkan olygohidramnion. Pertolongan pertama
yang diberikan klien di njurkan untuk bed rest, minum cairan lebih banyak.
Vital sign : Tekanan Darah : 140/90mmHg, Nadi : 88x/menit, Respirasi : 24x/menit, Suhu : 38o C.
B. Pengkajian.
Tanggal
Pengkajian 12 Mei 2013
1. Pengumpulan
data
a. Identitas
Nama :
Ny X
Umur :
28 tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
Marital :
Menikah
Jenis Kelamin :
Perempuan
b. Keluhan
Utama.
Pasien mengatakan cairan keluar dari kemaluan
terus-menerus.
c. Pemeriksaan
fisik dan keluhan.
-
DJJ : 140x/menit
-
TD ibu : 140/90mmHg
-
Nadi : 88x/menit
-
Respirasi : 24x/menit
-
Suhu : 38 oC.
2. Analisa
Data.
Dari pengkajian diatas kemudian dikelompokkan
sehingga didapatkan suatu masalah sebagai berikut:
·
Ketuban Pecah Dini
1. Data
Objektif :
·
Ph : 7
·
Tidak terdapat dilatasi serviks
·
DJJ 140x/menit
·
Posisi persentasi kepala
·
Air ketuban olygohidramnion
·
Cairan keluar putih keruh dan nyir
·
TD 140 / 90 mmHg
·
N : 88x/ menit
·
R : 24x/menit
·
Suhu : 38oC
2. Data
Subjektif :
·
Suami Klien mengatakan keluar cairan
dari kemaluan teru-menerus sejak puku 07.00 WIB.
·
Ibu dan suami khawatir akan mengancam
kondisi janinnya karna belum waktunya melahirkan dan tidak measakan tanda-tanda
kelahiran.
C. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
Data
|
Etiologi
|
Problem
|
DS :
-
Ibu dan suami khawatir akan mengancam
kondisi janinnya karna belum waktunya melahirkan dan tidak measakan
tanda-tanda kelahiran.
DO :
-
Air ketuban olygohidramnion
-
Cairan keluar putih keruh dan
nyir
-
Suhu : 38oC
|
KPD
|
anxietas
|
DS :
-
Suami Klien mengatakan keluar
cairan dari kemaluan teru-menerus sejak puku 07.00 WIB.
DO :
-
DJJ 140x/menit
-
Posisi persentasi kepala
-
Cairan keluar putih keruh dan
nyir
-
Suhu : 38 oC.
-
pH : 7
|
|
Resiko
hubungan ibu dan janin
|
Prioritas diagnose
1. Resiko
gangguan hubungan ibu dan janin
2. anxietas
NCP
Dx
|
Tujuan
|
Tindakan Keperawatan
|
Rasional
|
implementasi
|
evaluasi
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan
keeperawatan selama 2x24 jam pasien diharapkan bahaya kelahiran teratasi
dengan criteria hasil:
“Knowledge
: Pregnancy”
-
pentingnya perawatan sebelum
melahirkan ( 4)
-
pentingnya pendidikan untuk
kelahiran (4)
-
peringatan tentang tanda-tanda
komplikasi dari kehamilan (3)
-
pola gerakan banyi(3)
-
startegi untukkeseimbangan
aktivitas dan istirahat (4)
-
memberikan perawatan diri untuk
kenyamanan selama kehamilan(3)
|
“Prenatal
care”
1. Monitor
tekanan darah
2. Monitor
status nutrisi
3. Monitor
berat badan selama kehamilan
4. Instruksi
pasien betapa pentingnya perawatan kelahiran pertama
5. Instruksi
pasien tentang tanda-tanda persalinan
6. Suhu
badan
7. Instruksi
pasien pentingnya olahraga dan istirahat selama kehamilan
8. Monitor
detak jantung janin
9. instruksi
pasien monitor aktifitas janin
|
1. untuk
mengetahui perubahan tekanan darah selama kelahiran
2. untuk
mengetahui kebutuhan nutrisi selama kehamilan
3. agar
mengetahu perubahan berat badan selama kehamilan
4. persiapan
untuk kelahiran yang normal
5. mengantisipasi
adanya komplikasi dari kelahiran
6. agar
suhu badan tetap stabil
7. untuk kemudahan selama proses kelahiran
8. Untuk
mengetahui kesehatan janin dalam rahim
9. Untuk
mmengetahui pol gerakan dalam perut.
|
1. memoonitor
tekanan darah
2. Monitor
status nutrisi
3. Monitor
berat badan selama kehamilan
4. Instruksi
pasien betapa pentingnya perawatan kelahiran pertama
5. Instruksi
pasien tentang tanda-tanda persalinan
6. Suhu
badan
7. Instruksi
pasien pentingnya olahraga dan istirahat selama kehamilanMonitor detak
jantung janin
8. instruksi
pasien monitor aktifitas janin
|
Tanggal 31 oktober 2013
S:pasien mengatakan sudah tidak
khawatir
O:
TD:
R:
A:tindakan
keperwatn teratasi sebagian
P:
melanjutkan intervensi 4
|
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko
infeksi dan tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena
ia akan diurussesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul
tanda dangejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala
korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang
menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode
persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan
beratkorioamnionitis.
B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada
wanita dan keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut
yang menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan
korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode
tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita
dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting
untuk kelanjutan kehamilan.
Daftar Pustaka
Chandranita
Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta:
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar