Jumat, 27 Desember 2013

KETUBAN PECAH DINI




MAKALAH
KEPERAWATAN MATERNITAS  II
KETUBAN PECAH DINI


Pembimbing    : Pahrika
Disusun oleh   :




ü  Ayu Fiaka Dhin
ü  Dessy Kusuma Wardani
ü  Dini Anggraini
ü  Eva Aryandini
ü  Hera Nur Febri
ü  Intan Pramuni
ü  Lia Fitari
ü  Nida Hidayati
ü  Novia Risky
ü  Rahmat Hidayat
ü  Sulistiyani
ü  Sari Apriani
ü  Titis Puspitasari
ü  Widya Astuti



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
SEMESTER GENAP TA 2013/2014


BAB III
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan suatu masalah yang harus mendapatkan penanganan yang sesuai dengan prosedur agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Penanganan segera pada ketuban pecah dini yaitu dengan pemberian antibiotik dan segera lakukan induksi persalinan jika umur kehamilan sudah aterm tapi jika belum aterm (prematur) pertahankan. Asuhan ini dilaksanakan dengan tujuan agar janin dan ibu bisa menjalani proses persalinan dengan normal dan tanpa adanya komplikasi. Pada proses persalinan ini membutuhkan asuhan yang optimal dan dukungan dari semua pihak khususnya keluarga dan penolong yang terampil agar proses persalinan berjalan dengan lancar, bayi dan ibu sehat sehingga dapat menurunkan adanya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.

B.     Tujuan umum
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada G4P3A0 UK 37 minggu Aterm, tunggal, hidup, intrauterin dengan ketuban pecah dini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif
C.     Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa mampu :
a.       Mengetahui pengertian Ketuban Pecah Dini
b.      Mengetahui penyebann Ketuban Pecah Dini
c.       Menjelaskan tanda dan gejala Ketuban Pecah Dini
d.      Mengetahui pemeriksaan penunjang Ketuban Pecah Dini
e.       Mengetahui Phatofisiologi pada Ketuban Pecah Dini
f.       Mengetahui komplikasi Ketuban Pecah Dini
g.      Menjelaskan penanganan Ketuban Pecah Dini
h.       Mengetahui ASKEP Ketuban Pecah Dini


BAB II
PEMBAHSAN

A.    Pengertian
Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes Before theon setoflabour. Hacker(2001) mendefinisikan KPD sebagai Amnioreksis sebelum permulaan persalinan pada setiap tahap kehamilan. Sedangkan Mochtar(1998) mengatakan bahwa KPD adalah pecahnya Ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 Cm dan pada multipara kurang dari 5cm. Hakimi (2003) mendefinisikan KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1jam atau lebih sebelum Dimulainya persalinan.
Ketuban pecah dini (KPD) didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Sarwono, 2008).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
B.     Tanda dan Gejala
Walaupun banyak publikasi tentang kpd, namun penyebabnya masih belum di ketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah :
1.      Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban mauoun asendern dari vagina atu infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Serviks yang inkompentesia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena itu kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage). Tekanan intra uteri yang meninggi atau meningkat secara brlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan eksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi. Kelainan latak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat  menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
            Keadaan social ekonomi Faktor lain:
a)      Faktor golongan darah akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
b)      Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
c)      Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan anterpartum.
d)     Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat ( vitamin C).
Pada sebagian besar kasus penyebabnya, belum di temukan. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu rwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan.
Beberapa faktor KPD:
1.      Inkompentensi serviks(leher rahim)
2.      Polyhidramnion ( cairan ketuban berlebih)
3.      Riwayat KPD sebelumnya
4.      Kalinan atu kerusakan selaput ketuban
5.      Kehamilan kembar
6.      Trauma
7.      Serviks (leher rahim) yang pendek (<24 mm) pada usia kehamilan 23 minggu.( (Sualman, 2009).


C.     Penyebab ari ketuban putih keruh, bau anyir
a.       Adanya bakteri atau infeksi pada vagina,
b.      Minum jamu saat hamil
c.       Klainan otak ( sunsang)
d.      Sosek( gol darah, kelemahan jaringan kulit)
e.       Servik inkompenten
f.       Ketegangan rahim berlebihan
g.      Kehamilan ganda

D.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan laboratrium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, baud an pH. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga atau secret vagina. Secret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning:
a.       Tes lakmus ( tes nitrazin ), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban ( alkalis). pH air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes positif yang palsu.
b.      Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
2.      Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) pemeriksaan ini di maksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD . terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oliohidromnion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.

E.     Patofisiologi

            Banyak teori, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%). High virulence : bacteroides.
 Low virulence : lactobacillus. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

F.      Komplikasi
 Komplikasi yang sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernafasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaliknya di evaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
            Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm kini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
ü  Infeksi intrauterine
ü  Tali pusat menumbung
ü  Prematuritas
ü  Distosia

G.    Penatalaksanaan
 Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan resiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya. Penatalaksanaan KPD masih dilemma bagi sebagian besar ahli kebidanan, selama masih beberapa masalah dan masih belum terjawab. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan isidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan sepontan akan menaikan insidensi chorioamnionitis.
 Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak di ketahui secara pasti segera di lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk oersalinan. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lama periode laten. Kebanyakan penulis sepakat mengambil dua faktor yang di pertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap penderita KPD yaitu umur kehamilan dan ada tidknya tanda-tanda infeksi pada ibu.
1.      Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (>37 minggu)
Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD keduanya mempunyai hubunan yang bermakna dengan peningkatan dengan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut permulaan periode laten =L.P=”lag” period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya. Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80% kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam dan setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka di lakukan induksi persalinan, dan bila gagal di lakukan maka bedah Caesar.
            Pemberian antibiotic profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Waktu pemberian antibiotic hendaknya di berikan segera setela diagnosis KPD di tegakkan dengan pertimbangan: tujuan profilaksis lebih dari 6jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan umunya berlangsung lebih dari 6 jam.
            Pengawasan sangat penting dan jika pengawasan kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi di lakukan dengan memperhatikan bishop score jika >5 induksi dapat di lakukan, sebaliknya <5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksiosesaria.
2.      Pentalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (<37 minggu)
Pada kasus KPD dengan umur kehamilan yangkurang bulan tidak di jmpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat kosefatif disertai pemberian antibiotic yang adekuat sebagai profilaksi. Penderita perlu di rawat di rumahsakit di tidurkan pada posisi trendelenberg, tidak perlu di lakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan mencapai 37 minggu.
Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, rupture uteri, emboli air ketuban dan jua mungkin terjadi intoksikasi.
Kegagalan dari induksi persalina biasanya diselesaikan dengan tindakan bedah sesar. Seperti halnya pada pengolaan KPD yang cukup bulan, tindakan bedah sesar setidaknya hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauteri tetapi seyogyanya ada indikasi obsetetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju, dll.
Selain komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatakan pengolaan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap k emungkinan infeksi intrauterine.
Sikap konsevatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari, pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperature setiap 4 jam, pengawasan denyut janutng janin, pemberian antibiotic mulai saat diagnosis di teggakan dan selanjutnya setiap 6 jam.
Pemberian kartikosteroid antenatal pada pretrn KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS.(The National of Health (NIH) telah merekomendasikn penggunaan kartikosteroid pada pretrn KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi antramanion. Sediaan terdiri atas betametoson 2 dosis masing-masing 12mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing  mg tiap 12 jam.

H.    Pencegahan
Beberapa pencegahan dapat dilakukan manun belum ada yang terbukti cukup efektif. Mengurangi aktiitas atau istirahat pada ahir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan. Ada 3 macam bentuk solusi berdasarkan jumlah plasenta yang terlepas. Bila plasenta terlepas seluruhnya disebut solusi plasenta totalis. Bila sebagian kecil pinggir plasenta disebut rupture sinus marginalis.
Perdarahan yang terjadi pada sulosi tidak selalu terlihat dari luar. Pada kasus yang jarang, darah dapat tidak mengalir, tetapi tertahan diantara plasenta yang lepas dan uterus sehingga terjadi perdarahan sembunyi. Bahkan, perdarahan dapat menembus selaput ketuban lalu masuk ke dalam kantong  ketuban .


















BAB III
ASKEP

A.    Skenario
Seorang ibu berusia 38 tahun G4P3A0 hamil 37 minggu. Pada haru ini tanggal 10 april 2013 pukul 10.00 WIB datang ke klinik maternitas diantar suaminya dengan keluhan keluar cairan dari kemaluan terus menerus sejak pukul 07.00 WIB. Cairan yang keluar berwarna putih keruh dan berbau anyir. Ibu dan suami kwatir akan mengancam kondisi janinnya karena belum waktunya melahirkan dan tidak merasakan tanda-tanda persalinan. Hasil pemeriksaan pH 7, tidak terdapat dilatasi serviks, hasil pemeriksaan janin dengan USG : DJJ 140 x/menit teratur, posisi persentasi kepala, punggu kiri, air ketuban  menunjukkan olygohidramnion. Pertolongan pertama yang diberikan klien di njurkan untuk bed rest, minum cairan lebih banyak. Vital sign : Tekanan Darah : 140/90mmHg, Nadi : 88x/menit,  Respirasi : 24x/menit, Suhu : 38o C.
B.     Pengkajian.
Tanggal Pengkajian 12 Mei 2013
1.      Pengumpulan data
a.       Identitas
Nama                           : Ny X
Umur                           : 28 tahun
Pendidikan                 : SMA
Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga
Marital                         : Menikah
Jenis Kelamin              : Perempuan
b.      Keluhan Utama.
Pasien mengatakan cairan keluar dari kemaluan terus-menerus.
c.       Pemeriksaan fisik dan keluhan.
-          DJJ : 140x/menit
-          TD ibu : 140/90mmHg
-          Nadi : 88x/menit
-          Respirasi : 24x/menit
-          Suhu : 38 oC.
2.      Analisa Data.
Dari pengkajian diatas kemudian dikelompokkan sehingga didapatkan suatu masalah sebagai berikut:
·         Ketuban Pecah Dini
1.      Data Objektif                    :
·         Ph : 7
·         Tidak terdapat dilatasi serviks
·         DJJ 140x/menit
·         Posisi persentasi kepala
·         Air ketuban olygohidramnion
·         Cairan keluar putih keruh dan nyir
·         TD 140 / 90 mmHg
·         N : 88x/ menit
·         R : 24x/menit
·         Suhu : 38oC
2.      Data Subjektif                   :
·         Suami Klien mengatakan keluar cairan dari kemaluan teru-menerus sejak puku 07.00 WIB.
·         Ibu dan suami khawatir akan mengancam kondisi janinnya karna belum waktunya melahirkan dan tidak measakan tanda-tanda kelahiran.
C.     Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
Data
Etiologi
Problem
DS :
-          Ibu dan suami khawatir akan mengancam kondisi janinnya karna belum waktunya melahirkan dan tidak measakan tanda-tanda kelahiran.

DO :
-          Air ketuban olygohidramnion
-          Cairan keluar putih keruh dan nyir
-          Suhu : 38oC
KPD
anxietas
DS :
-          Suami Klien mengatakan keluar cairan dari kemaluan teru-menerus sejak puku 07.00 WIB.

DO :
-          DJJ 140x/menit
-          Posisi persentasi kepala
-          Cairan keluar putih keruh dan nyir
-          Suhu : 38 oC.
-          pH : 7

Resiko hubungan ibu dan janin


Prioritas diagnose
1.      Resiko gangguan hubungan ibu dan janin
2.      anxietas






NCP
Dx
Tujuan
Tindakan Keperawatan
Rasional
implementasi
evaluasi
1
Setelah dilakukan tindakan keeperawatan selama 2x24 jam pasien diharapkan bahaya kelahiran teratasi dengan criteria hasil:
Knowledge : Pregnancy”
-          pentingnya perawatan sebelum melahirkan ( 4)
-          pentingnya pendidikan untuk kelahiran (4)
-          peringatan tentang tanda-tanda komplikasi dari kehamilan (3)
-          pola gerakan banyi(3)
-          startegi untukkeseimbangan aktivitas dan istirahat (4)
-          memberikan perawatan diri untuk kenyamanan selama kehamilan(3)

“Prenatal care”
1.      Monitor tekanan darah
2.      Monitor status nutrisi
3.      Monitor berat badan selama kehamilan
4.      Instruksi pasien betapa pentingnya perawatan kelahiran pertama
5.      Instruksi pasien tentang tanda-tanda persalinan
6.      Suhu badan
7.      Instruksi pasien pentingnya olahraga dan istirahat selama kehamilan
8.      Monitor detak jantung janin
9.      instruksi pasien monitor aktifitas janin



1.      untuk mengetahui perubahan tekanan darah selama kelahiran
2.      untuk mengetahui kebutuhan nutrisi selama kehamilan
3.      agar mengetahu perubahan berat badan selama kehamilan
4.      persiapan untuk kelahiran yang normal
5.      mengantisipasi adanya komplikasi dari kelahiran
6.      agar suhu badan tetap stabil
7.       untuk kemudahan selama proses kelahiran
8.      Untuk mengetahui kesehatan janin dalam rahim
9.      Untuk mmengetahui pol gerakan dalam perut.

1.      memoonitor tekanan darah
2.      Monitor status nutrisi
3.      Monitor berat badan selama kehamilan
4.      Instruksi pasien betapa pentingnya perawatan kelahiran pertama
5.      Instruksi pasien tentang tanda-tanda persalinan
6.      Suhu badan
7.      Instruksi pasien pentingnya olahraga dan istirahat selama kehamilanMonitor detak jantung janin
8.      instruksi pasien monitor aktifitas janin


Tanggal 31 oktober 2013
S:pasien mengatakan sudah tidak khawatir
O: TD:
     R:
     


A:tindakan keperwatn teratasi sebagian
P: melanjutkan intervensi 4













BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan beratkorioamnionitis.
B.     Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
 








Daftar Pustaka

Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP

Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar