Sabtu, 31 Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat, jumlah kasusu obesitas cenderung meningkat. Obesitas merupakan faktor terjadinya berbagai penyakit degenerative seperti obesitas, penyakit jantung dan kardiovaskuler. Banyak faktor yang memicu obesitas, seperti peningkatan masyarakat, perubahan pola makan menjadi tinggi kalori dan lemak serta rendah serat, dan perubahan pola aktivitas masyarakat yang mejadi semakin berkurang.  Penilaian status gizi dilakukan awal dalam mendeteksi obesitas dan faktor yang terkait. Terdapat ada dua cara penilaian status gizi, yaitu secara langsung yang antropometri, biokimia, klinis, fisik dan tidak langsung yang terdiri dari survey konsumsi makanan dan faktor ekologi. Antropometri merupakan indikator yang telah lama dan sering digunakan dalam penentuan status gizi. Indeks antropometri yang biasa digunakan untuk mendeteksi  obesitas antara lain Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar perut. Penilaian ini mudah dilakukan sehingga sering dicantumkan dalam semua macam penilaian gizi (septianan dkk, 2011).

Indeks Masa Tubuh (IMT), merupakan salah satu parameter yang banyak digunakan dalam menentukan kriteria porsi tubuh seseorang dibandingkan dengan tabel tradisional yang langsung membandingkan tinggi badan /berat badan. Salah satu alasannya ialah Indeks Massa Tubuh berkorelasi kuat dengan jumlah total lemak tubuh pada manusia yang mana dapat menggambarkan status berat badan seseorang (yohanes 2012), Selain itu Indeks Massa Tubuh itu juga dapat digunakan untuk menggambarkan secara kasar dari komposisi tubuh, meskipun tidak disertai nilai konstribusi berat dari lemak dan otot. Ukuran antrometri lainya yang didasarkan pada lingkar tubuh yang di gunakan di bidang ini yaitu rasio lingkar perut terhadap lingkar panggul (waistl hip ratio [WHR]) merupakan indikator distribusi lemak ketimbang jumlah total lemak di dalam tubuh.
IMT adalah volumetrik paling sederhana. Kita hanya membutuhkan data berat badan dan tinggi badan. Sayangnya, nilai yang didapat tidak menggambargan penyebaran lemak di dalam tubuh maka dari itu selain menggunakan ukuran IMT peneliti juga menggunakan metode pengukuran lingkar perut sebagai indikasi keberhasilan. Jadi lingkar perut merupakan salah satu indikator untuk mantau resiko kegemukan seseorang.
Menurut lingga (2011) Lingkar pinggang dan perut merupakan standar kesehatan seseorang. Memang tidak semua orang yang berbadan kerempeng selalu sehat dan orang gemuk selalu dekat dengan sakit namun orang yang berpinggang ramping memiliki resiko lebih rendah terhadap berbagai penyakit. Menurut pandangan para medis, perut buncit merupakan kriteria penentuan kegemukan dan status kesehatan seseorang. Semakin besar lemak visceral yang menumpuk di perut, maka orang tersebut lebih beriesiko menderita penyakit terkait dengan sindrom X (,2011). Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan IMT dalam menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral) karena peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar perut. Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal atau sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus tipe II. (Seidell dkk,). NHANES III menyebutkan kurang lebih 12% orang dengan IMT 27 menderita diabetes tipe II, yaitu 85%-90%, kurang lebih 46% penderita hipertensi, 30% pasien menderita hiperkolestroleia, sehigga penyakit ini sebetulnya dapat dicegah. (margetts dkk, 2009).
Menurut Gerberding (2003), memperlihatkan stastistik menjelaskan. 65% orang dewasa AS memiliki masalah kegemukan atau obesitas. Di tahun 2000, 38,8 juta orang. Indonesia sebagai Negara berkembang, saat ini juga masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan kesehatan yang kompleks. Selain kurang gizi dan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah utama, semakin tingginya prevalensi obesitas diberbagai daerah  juga mengkwatirkan  (Andrian, 2012). Penderita obesitas di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000 jumlah penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 26.7 juta (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta (4.7%). Berdasakan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa overweigth di Indonesia telah menjadi masalah besar yang memerlukan penanganan serius. (Gibney dkk, 2009).
Menurut  (Andrian, 2012) Pada tahun 2004 menurut indoesian  society for the of qbesity (ISSO) terjadi peningkatan prevalensi yaitu prevalensi pria overweight dan perempuan sebesar 21,9% dan 49% mengalami obesitas sedangkan pada perempuan sebesar 19,3%, mengalami overweight dan 38,8% mengalami obesitas. Dikota Yogyakarta kabupateb bantul, pada tahu 2003 didapatkan prevalensi obesitas masing-masing 7,8% dan 2,2%.
Untuk mengatasi penyakit kronis seperti obesitas, hipertensi, jantung coroner, stress dan asma, ini salah satunya adalah dengan menurunkan adanya pertambahan lingkar perut dan IMT dalam tubuh. Ada beragam cara pengobatan yang bisa diilakukan mulai dari pengobatan medis hingga nonmedis. Adapun cara non medis yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur menu makana dan melakukan olahraga secara teratur. Salah satu olahraga efektif efektif yang dapat dilakukan untuk meurunkan nilai lingkar perut dan IMT adalah dengan yoga.
Yoga adalah sebuah keterampilan, karena yang dikaji bukan hanya tubuh fisik saja tetapi juga jiwa seseorang. Gerakan-gerakan pada yoga sebenarnya berkaitan dengan simpul-simpul saraf otak. Kalau otak tenang, seluruh badan akan mengikuti  petunjuk otak. Terjadilah keseimbangan dengan hasil kesehatan. Gerakan-gerakan tertentu berkaitan dengan otak tertentu. (Wong, 2011) Yoga merupakan suatu bentuk olahraga fisik yang memiiki banyak mamfaat bagi kesehatan (Yang, 2007). Yoga mungkin menarik sebagai alternatif aerobic karena latihannya memerlukan sedikit ruangan, tidak memerlukan peralatan dalam latihannya, dan memiliki efeksamping berbahaya yang lebih sedikit. Keberhasilan yoga telah banyak terlihat pada penyakit jantung dan diabetes mellitus (Gordon dkk, 2008).
Yoga bukanlah merupakan olahraga yang berintensitas tinggi, dan baik mampu membakar kalori dalam jumlah besar. Namun, melakukan gerakan-gerakan lembut yoga secar rutin mampu membakar lemak sama efektifnya seperti latihan angkat beban (lebang, 2013). Menurut hasil penelitian di University of Pittsburgh, wanita yang melakukan latihan yoga rata-rata turun berat badan 13,5 kg. Sedangkan wanita yang melakukan latihan kekuatan rata-rata turun berat badan 11,5 kg berat badan (Anastasia, 2004)
Undang-undang Republik Indonesia Nomer 3 Tahun 2005, tentang system keolahragaan nasional, undang-undang ini terdidi dari 3 pasal yaitu 78, 79,dan 80. Isi dri pasal tersebut secara rinci dapat dilihat pada undangundang RI No. 3 Tahun 2005 tentang system keolahragaan nasional. Di daerah istimewa Yogyakarta sekarang  ini sudah banyak bermunculan tempat-tempat sanggar yang bertujuan untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kebugaran. Di Yogyakarta  kurang lebih ada….. dan setiap RW sudah ada kelompok senam yang melakukan latihn secara rutin. Masyarakat Indonesia pada saat ini mereka-mereka yang tertarik pada senam yoga pada umumnya terdiri dari orang-orang yang gemar pada kesehatan dan hal-hal yang bersifat spiritual. Nugroho (2004).
Dalam peneliti yang lain sudah banyak meneliti tentang yoga seperti peneliti sebelumya Handayani (2010)  dan Eniwati (2011) meneliti Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dengan Hipertensi Pada Lansia. Di penelitian sebelumnya hanya menjelaskan pengaruh yoga terhadap orang yang yang lebih bersiko dengan penyakit kardiovaskuler sedangkan  dalam peneliti inin membahas pengaruh yoga pada orang dewasa tampa melihat seseorang dengan berpontensi terkena penyakit atau tidak. Sehingga peneliti kali ini ingin membahas seputar nilai lingkar perut dan IMT dikarenakan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui nilai lingkar perut dan IMT yang normal dan sehat dan apa dampaknya jika tidak segera ditangani. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian khusunya tentang pengaruh yoga terhadap lingkar perut dan IMT di Yogyakarta khususnya di…

B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan “ Apakah  ada pengaruh terapi yoga terhadap lingkar perut dan IMT di sanggar sartika tahun 2014 ? “
C.     Tujuan Penelitian
1.   Tujuan Umum
Dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh terapi yoga terhadap penurunan lingkar perut dan IMT di wilayah….
2.   Tujuan Khusus
a.         Mengetahui distribusi frekuensi lingkar perut dan IMT dalam tubuh berdasarkan umur, dan diet yang melakukan aktifitas fisik yoga di …..
b.         Mengetahui perubahan lingkar perut dan IMT dengan diberikan aktifitas fisik yoga setiap 1x1 hari selama 30 menit dalam waktu 1 bulan di ………
D.    Mamfaat Penelitian
1.   Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini secara teortis diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu di keperawatan dewasa terutama di bidang terapi yoga terhadap nilai lingkar perut dan IMT
2.   Bagi Pengguna
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan sumber informasi tentang pentingnya olahraga yoga yang baik untuk dapat mengontrol penyakit yang membahayakan.
3.   Penlitian selanjutnya
Mampu mengembangkan penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini dan untuk meneliti variabel lain yang terikat dengan opengaruh yoga terhadap lingkar perut dan IMT atau variabel lain yang belum diteliti.
E.     Ruang Lingkup Penelitian
1.   Lingkup Materi
Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh senam yoga terhadap lingkar perut dan IMT yang  melakukan dengan yang tidak melakukan yoga dikarenakan nilai lingkar perut dan IMT untuk menentukan seberapa besar untuk mereka bisa terkena penyakit
2.   Lingkup Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu di sanggar sebanyak 30 orang usia 25-40 Pada usia ini rentan untuk sangat rentang untuk terkena penyakit dikarenakan fungsi sistem yang di dalam tubuh makin berkurang
3.   Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan dari merumuskan fenomena sampai tahap pelaporan hasil
4.   Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat dalam penelitian pengaruh yoga terhadap ingkar perut dan IMT pada di desa phatok, peneliti mengambil di Yogyakarta khususnya di pahtok karna pada setiap tahunnya masyarakat yang mengalami obesitas dan peningkatan penyakit kardiovaskuler setiap tahunnya meningkat.
F.      Keaslian Penelitian
1.   Eniwati (2011) meneliti Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Sleman Yogyakarta. Peneliti ini menggunakan design eksperimen semum (quasi eksperimen), Non-Equivalent Control Group. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Jumlah samel sebanyak 34 responden, waktu penelitian 7-14 Februari 2011, alat pengumpulan data menggunakan sphygmomanometer digital dan lembar observasi. Analisis statistic darah sistol dan diastole yang signifikan pada kelompok perlakuan sebelum dan setelah senam yoga adalah p-value 0,000<0,05, sedangkan hasil analisa uji t terdapat tekanan darah sistol pada kelompok kotrol yang tidak diberikan senam yoga adalah p-value 0,852 >0,05 dan tekanan darah diastole 0,817>0,05. Perbedaanya dengan peneliti ini adalah variabel terikat, samplenya dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan metode yang dilakukan oleh peneliti adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre and post test design dan variabel terikat menggunakan skala ordinal.
2.   Peneliti yang kedua dilakukan oleh Dwi Ayu tahun 2009 dengan judul pengaruh yoga “pranayama” terhadap tingkat kecemasan pada klien gangguan jiwa dibadan pelayanan khususnya rumah sakit jiwa propinsi bali. Metode pelelitian ini eksprimen dengan pre eksprimental design : pre tes-post test with control group. Sampel sebanyak 62 orang yaitu 31 orang ekspriment dan 31 orang kontrol. Tehnik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dengan alat ukur yang digunakan yaitu ASS (Analog Anxiety Scale).
Perbedaanya dengan peneliti ini adalah variabel terikat, samplenya dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan metode yang dilakukan oleh peneliti adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre and post test design dan variabel terikat menggunakan skala ordinal.
3.   Handayani (2010) dengan judul “pengaruh pengelolaan depresi dengan latihan pernafasan yoga (pranayama) terhadap perkembangan proses penyembuhan ulkus diabetikum di RS Muntilan”. Jenis penelitian yang dignakan adalah dengan eksperimen terhadap perkembangan proses penyembuhan ulkus diabetikum. Sampel peneliti berjumlah 8 responden ilkus diabetikum yang mengalami depresi, terdiri dari 3 responden kelompok intervensi yang di berikan pranayama dan 5 responden sebagai kelompok control. Hasil penelitian menunjukkan latihan pranayama dapat mengetahi perkembangan proses penyembuhan ulkus (p value = 0.011) dan ppenurunan skor depresi (p value = 0,017), namun tidak di temukan pengaruh depresi dengan pranayama terhadap perkembangan proses penyembuhan ulkus diabetikum (p value = 0,105).
Perbedaanya dengan peneliti ini adalah variabel terikat, samplenya dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan metode yang dilakukan oleh peneliti adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre and post test design  dan variabel terikat menggunakan skala ordinal.

TINJAUAN PUSTAKA



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Landasan Teori
1.      Pemeriksaan Antropometri
Pengukuran antrometrik adalah pengukuran tentang ukuran, berat badan, dan proporsi tubuh manusia. Pengukuran antropometrik meliputi tinggi badan, berat badan, tebal lipatan kulit dan lengan. Beberapa bagian tubuh seperti kepala, dada, pinggang, dan lengan adalah area pengukuran antropometrik.
Menurut Sandjaja, dkk. (2010) Pengukuran Antropometri adalah bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil. Sehingga peneliti bisa menyimpulkan bahwa. Pengukuran Antropometri merupakan ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia yang meliputi pengukuran BB, TB, lingkar perut, dengan ukuran persentil. Tujuan pengukuran antropometrik adalah untuk mengevaluasi pertumbuhan dan  mengkaji status nutrisi dan dan ketersediaan energi di dalam tubuh. Agar data yang dikumpulkan lengkap, sebelum melakukan pengkajian, perawat harus menyiapakan alat ukur yang akan digunakan, memahami informasi yang hendak diperoleh serta tujuan antropometrik  (Gibney dkk, 2009).
Secara pengukuran antropometri yang sering digunakan adalah :
a.         Tinggi badan
Pada orang dewasa dan anak balita, pengukuran tinggi badan dilakukan dengan posisi berdiri tampa alas kaki. Sedangkan pada bayi pengukuran tinggi badan dilakukan pada posisi berbaring. Demikian juga pada pasien yang tidak dapat berdiri seperti pada pasien dengan cidera spinal atau fraktur tulang belakang, pengukuran tinggi badan dilakukan pada posisi berbaring. Tiggi badan diukur dengan menggunakan satuan  sentimeter (cm) atau inci.
b.      Berat badan
Ada beberapa jenis alat ukur yang umum digunakan untuk mengukur berat badan baik yang bekerja secara manual maupun dengan system digital elektronik. Di Indonesia, alat ukur yang lazim digunakan adalah alat ukur (timbangan) berat bada secara manual.
Terlepas dari jenis alat yang digunakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan perawat ketika melakukan pengukuran berat badan yaitu alat dan skala alat ukur yang digunakan harus sama setiap kali menimbang, pasien tanpa alas kaki ketika diukur, pakaian pasien diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap diukur. Selain itu, waktu dilakukan penimbangan pasien relatif  sama , misalnya sebelum dan sesudah makan siang.
Berat badan ideal                             
Berat badan ideal adalah berat badan untuk tinggi bada tertentu yang secara statistik di anggap paling tepat untuk menjamin kesehatan dan umur panjang. Karena standar berat badan resmi untuk Indonesia berdasarkan pertimbangan sejumlah orang yang secara statistik memenuhi syarat belum ada, maka digunakan data yang dikumpulkan oleh Society of Actuaries, 1959. Penilaian berat badan ideal : pertama, bila lebih dari 110% standar dikatakan gemuk, sebaliknya bila rangka tubuh besar dan sering berolahraga, peningkatan BB sampai 120% standar masih dianggap normal. Kedua bila 90-110% dari BB standar adalah ideal atau normal. Ketiga, jika BB 70-90%  dari standar disebut sedang (mild-moderete underweight). Dan, keempat bila kurang 70% standar dikatakan sangat kurus (severe underweight).
c.       Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT adala indikator yang terutama bermanfaat untuk penampisan berat badan dan kegemukan. IMT merupkan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
d.      Lingkar Lengan Atas
Pengukuran lingkar lengan atas dapat memberikan kambaran dengan keadaan jaringan otao dan lapisan lemak kulit. Lingkar lengan atas biasanya digunakan untuk mengidentifikasikan adanya malnutrisi pada anak-anak. Pada ibu hamil lingkar lengan atas digunakan untuk memperedeksi kemungkinan bayi yang dlahirkannya memeiliki berat badan lahir  yang rendah
e.       Lingkar Pinggang
Tujuan pengukuran lingkar pinggang dan panggul adalah untuk mengetahui bahwa anda beresiko tinggi terkena penyakit diabetes tipe II, kolestrol tinggi yang tak terkontrol, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantug. Ukuran lingkar pinggang yang aman adalah kurang dari 90 cm, sedangkan wanita, kurang dari 80 cm. lebih dari angka itu, artinya perut anda kelebihan lemak.
Rasio Lingkar Pinggang-pinggul
Rasio lingkar pinggang dan pinggul adalah cara penilaian obesitas terbaik utuk mengukur resiko serangan jantung. Rasio lingkar pinggang pinggul dikalkulasikan dengan membagi ukuran lingkar pinggang dengan lingkar perut (anggraeni 2012).
f.       Lingkar Perut
Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominalsentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadia penyakit kardioovaskuler dan diabetes mellitus. (http://rukayahgizi11.blogspot.com/penilaian-status-gizi-antropometri-imt.html di proleh pada tanggal 12 April  2014).
2.      Pengertian Lingkar Perut dan IMT
a.         Lingkar perut
Cara lain yang dilakukan untuk memantau resiko kegemukan adalah dengan mengukur lingkar perut. Dalam pengukuran ini menggunakan pita centimeter (cm). Para ahli di Amerika menyebutkan bahwa wanita berbobot normal harus memiliki lingkar perut kurang dari 80 cm dan kurang dari 100 cm untuk peria. Namun, di Indonesia ukuran tersebut dapat diturunkan beberapa sentimeter lebih kecil karena memiliki struktur tulang yang lebih kecil dengan ukuran lingkar perut yang baik yaitu tidak lebih dari 90 cm untuk laki-laki dan tidak lebih dari 80 cm untuk perempuan.
Meurut  A Esmaillzadeh dkk (2012) menyatakan bahwa, lingkar pinggang  adalah indikator yang paling banyak digunakan untuk mengetahui obesitas perut dalam suatu populasi. Setelah penyesuaian untuk usia dan BMI, dikaitkan dengan lemak visseral meningkat, serta diperkirakan untuk berkontribusi pada resiko pengembangan penyakit yang berhubungan dengan distribusi lemak sentral.
Setiap orang memiliki volume tubuh yang berbeda-beda, tergantung struktur tubuhnya. Orang gemuk akan tumbuh kesamping sehingga tubuhnya tampak melebar. Bagian tubuh yang tampak melebar adalah dibagian perut. Karena itu, lingkar perut dapat diajdikan indikator pengukuran kegemukan seseorang sehingga bisa terhindar dari berbagai penyakit yang berbahaya.
Banyak masyarakat yang terjebak dengan istilah penurunan berat badan sebagai tujuan akhir program pelangsingan tubuh. Berkurangnya angka timbangan di anggap sebagai bukti keberhasilah program pelangsingan. Langsing adalah memiliki bobot tubuh normal denga komposisi lemak dan air sesuai dengan standar  normal disertai massa otot yang memadai untuk membentuk lengkok tubuh yang indah. Deisini ada beberapa standar  katagori  nilai Lingkar Perut bila dikatakan normal dan bisa menungjang kesehatan.


Table 2 : katagori Standar  Obesitas sentral berdasarkan Lingkar Perut.
klasifikasi
Laki-laki
Wnita
WHO 2000
94 cm
80 cm
Eropa
102 cm
88 cm
Asia Pasifik
90 cm
80 cm

b.    Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks massa tubuh (IMT) adalah rasio BB/TB2 (kg/m2), yang dinyatakan dalam tabel normogram. Angka ini proporsional dengan bentuk tubuh anda. Biasanya, jumlah yang kecil untuk orang yang kurus dan besar untuk orang yang gemuk (soetjiningsih, 2004) Penilaina status gizi dibagi terbagi atas dua yakni penilaian status gizi secara langsung yang dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Dan penilaian status gizi secara tidak lanngsung yakni survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Pengukuran antropometri relative mudah dilakukan. Akan tetapi untuk berbagai cara, pengukuran ini membutuhkan beberapa ketrampilan, peralatan dan keterangan untuk pelaksanaannya,
Pengukuran antropometri yang meliputi berat badan, tinggi badan dan body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator didalam mengukur status gizi yang secara tidak langsung dapat menentukan besar koposisi tubuh dengan status gizi tertentu. Indek massa tubuh adalah berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Dengan rumus sebagai berikut :
Berat badan (Kg)
   IMT = 
[Tinggi badan (m)]2
Tetapi indeks massa tubuh tidak dapat digunakan untuk membedakan antara berat badan yang berhubungan dengan otot dan berat badan yang berhubungan dengan lemak tubuh. Indeks massa tubuh juga tidak dapat digunakan untuk memberika indikasi tentang distribusi lemak tubuh. Pdahal distribusi lemak tubuh inilah yang dianggap sebagai factor resiko untuk enyakit seperti kelebihan lemak tubuh, sehingga untuk mengetahui lemak ataupun distribusi lemak tubuh digunakan metode pengukuran lain, seperti skinfold thickness atau  rasio lingkar perut (Gibson 2005).
Pengukuran IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Diamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan yang utama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan kegemukan. Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur. Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, IMT diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah spesifik mengikut usia dan jenis kelamin (CDC, 2009).
Table 1 : katagori ambang batas IMT untuk Indonesia :
Katagori
 IMT
Kurus
Kekurangan BB tingkat berat
<17,0
Kekurangan BB tingkat ringan
17,0-<18,5
Normal

18,5-22,9
Gemuk
Kelebihan BB tingkat ringan
23-24,9
Kelebihan BB tingkat moderat (Obes I)
>25-29,9

Kelebihan BB tingkat berat (Obes II)
>30,0
(sirajuddin 2012)
Indeks massa tubuh telah digunakan beberapa penilitian populasi internasional untuk menilai resiko penyakit di antara orang dewasa. BMI meningkat jelas terikat dengan resiko yang lebih tinggi dari tekanan darah tinggi, diabetes mellitus tipe II, faktor resiko kardiovascular penyakit lainnya, dan mortalitas meningkat. Memang, resiko relatif untuk faktor resiko penyakit kardiovaskuler kejadian penyakit kardivaskuler meningkat dinilai dengan peningkatan BMI pada semua kelompok populasi. Selain itu, asosiasi antara gangguan muskuloskletal, gangguan dalam fungsi pernafasan dan fisik, dan kualitas hidup. Akibatnya, dalam stui epidemologi IMT digunakan untuk mengetahui kelebihan berat badan atau obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan resiko terkena penyakit. Perlu diketahui anak yang pendekpun dapat mengalami kelebihan berat badan. Maka perlu memperhatikan berat badan normal. (sirajuddin 2012)
3.      Langkah-langkah pengukuran Lingkar Perut dan IMT
Lingkar Perut      
a.    Mintalah dengan cara santun pada responden untuk membuka pakaian bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran.
b.    Ditetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
c.    Ditetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.
d.    Ditetapkan titik tengah di antara di antara titik tulang rusuk terakhir titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis.
e.    Responden diminta untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal (ekspirasi normal).
f.     Dilakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.
g.    Pengukuran juga dapat dilakukan pada bagian atas dari pusar lalu meletekkan dan melingkarkan alat ukur secara horizontal
h.    Apabila responden mempunyai perut yang gendut ke bawah, pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah tersebut lagi.
i.      Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati angka 0,1 cm (nurchmah,  2001 ).
4.      Faktor yang mempengaruhi IMT  dan lingkar perut
a.    Diet
Mengurangi jumlah asupan kalori dengan komposisi yang disesuaikan sehingga berat badan kita ideal tanpa mengganggu kesehatan. Ada banyak program diet, sebagian tidak berbahaya bagi tubuh, tetapi sebagian dari program diet tidak dianjurkan karena hasilnya berbahaya bagi tubuh.
Beberapa program diet membatasi asupan karbohidrat. Tetapi jika karbohidrat sangat dikurangi, maka timbunan glikogen didalam tubuh akan menurun, begitu pula  jika  air yang mengikat diri pada glikogen. Karena cairan tubuh berkurang begitu pula berar badan akan berkurang. Tetapi begitu mengonsumsi karbohidrat lagi, air akan segera kembali dan berat badan pun kembali seperti semula.
Diet yang dianjurkan adalah diet seimbang dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan  didalam tubuh , asupan karbohidrat 60-70%, lemak 20-25 %, protein 10-15%. Untuk menurunkan berat badan atau nilai IMT maupun Lingkar perut, asupan karbohidrat harus diturunkan 500-800 kalori dibawah kebutuhan normal. Selain menurunkan asupak karbohidrat dan lemak sebanyak 10%, vitamin dan mineral juga  harus dicukupkan, begitu juga dengan serat harus cukup sehingga perut akan teerasa kenyang. Serat, vitamin, dan mineral ini diperoleh dari sayuran.
b.    Olahraga
Olahraga membantu melancarkan peredaraan darah dan membakar kalori. Untuk pennurunan nilai IMT maupun lingkar perut, olahraga yang dilakukan harus berkesinambungan dengan intensitas tertentu dalam jangka waktu yang cukup panjang dan teratur, sehingga yang dibakar tidak cuma karbohidrat, melainkan juga cadangan lemak, dengan normalnya  nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) didalam tubuh dengan begitu bisa tercapai tubuh yang ideal tanpa mempengaruhi kesehatan tubuh kita. Yang pertama dibakar oleh tubuh kita dalah energi dari makanan yang masuk. Apabila tidak mencukupi, tubuh akan menggunakan cadangan glikogen yang tersimpan dihati dan otot yang jumlahnya kira-kira 1120 kalori. Setelah glikogen terkuras habis, barulah cadangan lemak yang akan dibakar.


c.       Pola makan yang tidak terkendali
Kecanggihan teknologi ternyata berpengaruh besar terhadap aktivitas fisik yang dilakukan masyarakat khususnya anak pada usia dewasa. Coba anda perhatikan orang terdahulu harus berusaha payah berjalan menaiki tangga. Sejak adanya escalator (lift), orang lebih tertarik menggunakan fasilitas yang lebih praktis tersebut sehingga jarang beraktivitas. Tanpa disadari, kita telah berevolusi menjadi generasi malas bergerak. Rbaknya kasus obesitas seiring sejalan dengan penyimpangan gaya hidup dari gaya alami yang sesungguhnya. Kenyataan ini semakin menjelaskan bahwa pola konsumsi yang salah dan kurangnya aktivitas fisik merupakan pangkal masalah wabah obesitas.
d.      Obat-obatan
Ada beberapa jenis obta-obatan yang digunakan dalam program penurunan berat badan menjadi ideal. Salah satunya seperti menghilangkan rasa lapar, jenis obat ini berkerja pada sistem saraf  pusat dengan cara menghilangkan sinyal-sinyal yang menunjukkan tubuh kekurangan energi. Namun obat ini mempunyai banyak efek samping, antara lain dapat menyebabkan rasa tidak tenang, tegang, jantung berdebar-debar, gemetar, sulit tidur, mual, dan diare. Salah satu obat untuk menurunkan berat badan seperti obat pencahar/urus-urus/laxan. Obat ini merangsang pergerakan usus, sehingga makanan yang kita konsumsi cepat dibuang sebelum sempat diserap. Tetapi penggunaan obat pencahar terus-menerus menyebabkan usus menjadi lebih aktif dalam menyerap nutrisi nutrisi dari biasanya, karena tubuh berusaha mempertahanka tubuh. Sehingga penggunaan obat tersebut dihentikan, maka tubuh akan menjadi gemuk karena tubuh lebih efisien dalam menyerap nutrisi. (rahmawati, 2010)
e.    Faktor Genetik
Obesitas cenderung berlaku dalam keluarga. Ini disebabkan oleh faktor genetik, pola makan keluarga, dan kebiasaan gaya hidup. Walaupun begitu, mempunyai anggota keluarga yang obesitas tidak menjamin sesorang itu juga akan mengalami obesitas (Gayle Galletta, 2005). Tidak dipungkuri salah satu kegemukan pada orang dewasa dikarenakan makanan. Kajian ilmu nutrienomik menjelaskan bahwa makanan memiliki andil sangat besar untuk mempengaruhi gen. selanjutnya, gen tersebut akan mengarahkan metabolism dalam tubuh. Makanan dapat mengubah gen, baik kearah konstruktif (membangun) atau destruktif (merusak). Jadi makan yang kita konsumsi dapat membuat tubuh sehat atau sakit.
f.     Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang paling memainkan peranan adalah gaya hidup seseorang. Kebiasaan makan dan aktivitas seseorang dipengaruhi oleh masyarakat sekitarnya. Makan terlalu banyak dan aktivitas yang pasif (tidak aktif) merupakan faktor resiko utama terjadinya obesitas (Gayle Galletta, 2005).


g.    Faktor Jenis Kelamin
Secara rata-rata, lelaki mempunyai massa otot yang lebih banyak dari wanita. Lelaki menggunakan kalori lebih banyak dari wanita bahkan saat istirahat karena otot membakar kalori lebih banyak berbanding tipe-tipe jaringan yang lain. Dengan demikian, perempuan lebih mudah bertambah berat badan berbanding lelaki dengan asupan kalori yang sama (Gayle Galletta, 2005).
h.    Faktor Usia
Semakin bertambah usia seseorang, mereka cenderung kehilangan massa otot dan mudah terjadi akumulasi lemak tubuh. Kadar metabolisme juga akan menurun menyebabkan kebutuhan kalori yang diperlukan lebih rendah (Gayle Galletta, 2005). Sejalan dengan bertambah usia, sel-sel yang menyusun organ mengalami keausan. Penuran fungsi tersebut tentu akan melemahkan aktivitas fisiologi sel. Meskipun sulit dibuktikan, aktivitas metabilisme yang berlangsung di dalam tubuh akan mengalami penurunan nyata sejalan dengan pertambahan usia. Bukti yang dapat dijadikan tolak ukur, misalnya mencerna makanan, kelemahan aktivitas otot, dan penurunan vitalisasi yang menurun seiring bertambahnya usia.
5.      Akibat dari IMT  dan lingkar perut
a.       Obesitas
Penyakit kegemukan (obesitas) disbabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi,  dimana konsumsi terlalu berlebihan dibandingkan kebutuhan atau pemakaian energi. Energi yang ada didalam tubuh itu disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Normalnya jaringan lemak ditimbun pada tempat tertentu tertentu. Jaringan lemak subkutan didaerah dinding perut bagian depan mudah terlihat menebal pada seseorang yang menderita obesitas  (yuniastuti, 2008).
b.      Gizi buruk
c.       Penyakit kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskular adalah penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Karena sistem kardiovaskular sangat vital, maka penyakit kardiovaskular sangat berbahaya bagi kesehatan. Ada banyak macam penyakit kardiovaskular, tetapi yang paling umum dan paling terkenal adalah penyakit jantung dan stroke. Dalam banyak kasus kelainan jantung baru terdeteksi saat terjadi serangan jantung. beberapa jenis penyakit kardiovaskular yang umum seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), Penyakit Jantung Bawaan, Stroke, Gagal Jantung Kongestif (Congestive Heart Failure), Penyakit Vaskular Periferal (Peripheral Vascular Disease), Penyakit Vena Dalam (Deep Vein Thrombosis).
d.      Diabetes tipe II
6.      Pengertian Yoga
Yoga bukanlah hal yang baru bagi kehidupan manusia. Yoga telah dilakukan manusia sejak ribuan tahun lalu. Praktik yoga telah didokumentasikan dalam banyak teks kuno. Yoga banyak berhubungan dengan budaya dan kepercayaan india. Tidak heran jika kata yoga diambil dari nahasa Sansekerta. Kata yoga berasal dari kata sansakerta “yuj” yang artinnya menghubungkan atau menyatukan makna ini tent uterus berkembang seiring dengan semakin tertatanya praktik yoga (wirawanda 2014). Yoga bukan hanya di dominasi dewasa. Anak remaja dan anak-anak pun dapat melakukannya. Yoga juga melatih anak untuk mengenal dirinya, sekaligus dapat mengendalikan luapan emosi (grave dkk, 2013).
7.      Jenis-jenis yoga
a.    Meditasi
Yoga menganjurkan untuk meditasi. Meditasi membuat kita mengenali diri kita sendiri. Tahap awalnya adalah dengan menghayati aliran darah pada saat melakukan gerakan yoga. Jiga denga yoga kita dapat mengenali system peredaran darah tubuh kita. Yoga dapat mengatarkan kepada pengenalan diri kita yang sifatnya unconscious.
b.      Asana (savasana)
Gerakan-gerakan dalam yoga dikenal dengan nama Asana. Tiap asana memiliki manfaatnya masing-masing. Untuk melakukan yoga ada baiknya terlebih dahulu berkonsultasi pada orang-orang yang mengerti gerakan-gerakan yoga untuk menghindari cidera. Jika memuntuskan untuk memperaktekkannya sendiri, jangan memilih asana yang susah atau menuntut diri untuk melakukannya perisis seperti didalam gambar. Hal ini justru dapat membuat rentan pada cidera. Akan lebih baik melakukan yoga secara perlahan-lahan dan meningkatnya setapak demi setapak.
Savasana adalah salah satu postur penting dalam latihan yoga. Postur (asana) tersebut sangat mudah dilakukan namun sanggup menibulkan perasaan rileks secara fisik dan fikiran. Individu yang melakukannya akan terbebas dari tekanan dan kecemasan serta mendapat ketenangan pikiran. Biasanya savanna dilakukan di sesi penutup dalam rangkaian latihan yoga sebagai sesi relaksasi. Kesulitan terbesar melakukan sesi ini yaitu seringkali individu tertidur selama mempertahanka postur savanna.
Postur (asana) “savasana” diseburt juga “yoga nindra”  yang secara harfiah berarti yoga tidur. Yoga nindra menurut  Claire (2006) merupakan posisi relaksasi yang mendalam yang dapat melepaskan ketegangan fisik, mental, emosi, dan spiritual. Postur savanna dilakukan dengan berbaring terlentang lurus dengan kedua kaki terentang menjauh dan garis tengah tubuh. Kedua tangan terentang dikedua sisi tubuh dengan telapak kanan menghadap keatas. Kepala bersandar dengan leher lurus tidak tertekuk sehingga wajah/hidung mengarah lurus ke atap.tulang bahu harus lemas dan terentang lebar menyentuh lantai. Tulang ekor menyentuh lantai dengan tulang punggung dibawah tetap melengking alami. Mungkin akan terasa lebih nyaman jika meletakkan bantalan dibawah lengkungan leher atau punggung.
c.    Kundalini yoga adalah salah satu jenis yoga yang menekankan pada aliran darah dan pernapasan. Semua gerakan yoga asana dilakukan dengan mengendalikan napas. Memang pada umumnya ada keselaraan dalam melakukan yoga dengan bernapas sangat penting. Tetapi dalam kundali yoga. Eksplorasi pada proses bernapas merupakan hal yang sangat penting, selain itu kundalini yoga juga mencakup latiahan meditasi, bernyayi, dan pernapasan.
d.   Iyengar yoga merupakan jenis yoga yang dikembangkan oleh B.K.S. iyenar lebih dari 60 tahun yang lalu. Dengan mengedepankan kekuatan dan daya tahan. Yoga merupakan proses yang dilakukan pada umumnya memiliki jangka waktu yang cukup lama dalam mempertahankan suatu posisi. Hal lain yang membedakan iyengar dengan jenis yoga yang lainnya adalah dengan penggunan alat praga seperti seperti tali, bantal, dan  blok yang dapat membantu seseorang dalam melakukan peraktik yoga. Peraktik iyengar yoga ini sebenarnya menggabungkan juga antara yoga tradisional dengan katagori yang lebih luas dengan dengan menggunakan alat peraga. Dengan demikian, iyengar yoga ini dapat dilakukan juga orang tua, sakit, atau yang memiliki keterbatasan fisik karena proses latihan yang dapat mengggunakan alat peraga serta melakukan gerakan yang perlahan ketika melakukan pose dapat dilakukan oleh mereka. Manfaat yang dirasakan ketika berlatih yoga iyengar yoga adalah meningkatta kesalaraan antara proses dengan melakukan kegiatan, meningkatkan daya tahan dna kekuatan tubuh, meningkatkan flesibilitas dan juga konsentrasi.
e.    Ashtanga yoga dikembangkan oleh Sri Pattabhi Jois dan mempunyai ciri khas menekankan pada yoga fisik dan juga sinkronisasi bernapas. Gerakan yoga dilakukan dengan progresif dan tarsus-menerus dengan adanya serangkaian yoga proses yang dapat meningkatkan stamina, menurunkan berat badan, serta menguatkan otot perut. Bagi anda yang masih pemula. Mungkin akan memerlukan waktu untuk dapat melakukan ashtanga yoga. Ada sebaiknya sebelum anda memiliki pengalaman dalam melakukan yoga sebelumnya.
f.     Hatha yoga jenis yoga ini menggabungkan antara yoga postures prayama (breathing), dan meditasi.
g.    Power yoga merupakan jenis yoga yang dikembangkan dari ashtanga yoga oleh American yoga teachers yaitu Beryl Bender Birch dan Bryan Kest. Power yoga juga bisa dikatakan juga sebagai gym yoga dengan menggabungkan peregangan, melatih kekuatan dan meditasi.
h.    Prenatal yoga jenis yoga ini dikhususkan untuk para ibu hamil. Terdiri dari beberapa katagori yang biasanya didasarkan pada tingkat trimester ibu hamil. Prenatal yoga proses biasanya dirancang untuk membantu agar si ibu menjadi lebih rileks dan membantu mengurnagi pegal-pegal dan nyeri. merupakan salah satu latihan yang baik untuk dilakukan ibu hamil karena dapat membantu ibu dalam proses kehamilannya.
Di dalam penelitian kali ini jenis yoga yang di gunakan oleh peneliti ialah ashtanga. Ashtanga yoga adalah sistem yoga dicatat oleh Resi Wamana bijak dalam Korunta Yoga, sebuah naskah kuno “dikatakan berisi daftar kelompok yang berbeda dari asana, serta ajaran-ajaran yang sangat asli pada Vinyasa, drishti, bandhas, mudra, dan filsafat. Gerakan dasar dalam Ashtanga yoga memiliki tempo yang lebih cepat dari beberapa jenis yoga diatas, dan lebih intens serta menyatukan nafas dengan gerakan. Ashtanga Yoga terdiri dari latihan yang terbagi ke dalam sekuensi yang tetap setiap kali. Ashtanga Yoga dikembangkan oleh seorang Guru bernama Pathabi Jois di daerah Mysore di India. Hingga kini, jenis yoga ini adalah salah satu jenis yang paling populer berkembang di dunia. Tujuan dari Ashtanga Yoga adalah membersihkan dan mengobati tubuh, pikiran dan jiwa melalui filosofi yang mendasarinya yaitu Ashtanga atau delapan cabang, yang mencakup filosofi mengenai cara hidup.
Membentuk tubuh ideal merupakan tujuan banyak orang modern. Selain menunjang penampilan dan daya tarik, tubuh yang ideal dengan perut ramping akan memudahkan kita melakukan kegiatan, tidak mudah lelah dan kesulitan bergerak jika memiliki tubuh yang ramping. Salah satu jenis yoga yang lebih bermanfaat untul lingkar perut dan IMT adalah Ashtanga dikarenakan gerakan ini sangat bermanfaat untuk membentuk otot perut dan kelenturan tulang belakang, selain itu yoga jenis Ashtanga akan membantu untuk mengurangi lemak pada perut. Sirkulasi darah yang berkurang. Selain itu, jenis yoga ini akan membantu mengatasi masalah hati, sambelit, dan gangguan pencernaan. Sehingga akan membentuk perut anda (wirawanda 2014).
8.      Waktu melakukan yoga
Yoga bisa dilakukan berbagai tempat. Sesuai gerakan dan metode yoga dengan empat yang dipakai. Usahakan untuk melakukan yoga ditempat yang sunyi sehinga bisa berlatih konsentrasi. Waktu melakukan yoga dalam penilitian satu minggu sebanyak dua kali dengan waktu sebanyak 30 menit. Yang terpenting adalah lakukan yoga pada tempat yang nyaman dan tidak memungkinkan adanya gangguan.  Yoga sendiri bisa dilakukan diberbagai tempat, namun kita bisa memilih waktu yang membuat yoga mnjadi maksimal. Pagi hari sebelum melaksanakan aktivitas merupakan salah satu pilihan terbaik untuk melakukan gerakan yoga.
Sebagai olahraga yang khas, maka yoga juga memiliki pakaian khusus yang sering digunakan. Pakaian yoga banyak mempertimbangkan beberapa unsur seperti bahan, bentuk, dan warna. Walaupun merupakan panduan dasar, namun tentu tidak ada kewajiban khusus harus memakai pakaian tertentu untuk melekukan kegiatan yoga.
Pakaian yoga sebaiknya terbuat dari katun. Kain dengan bahan katun lebih sejuk dan mudah menyerap keringat untuk bentuknya juga sebaiknya longgar tujuannya agar gerakan-gerakan yoga bisa dilakukan dengan nyaman dan tanpa hambatan. Hal ini melambangkan kesederhanaan dari setiap gerakan yoga yang dilakukan. (wirawanda 2014)
9.      jenis dan langkah untuk Lingkar perut dan IMT
Berikut ini beberapa gerakan dalam yoga yang bisa membentuk tubuh dan perut yang ideal :
a.    Marjasana
Deragan ini sangat bermanfaat untuk pembentukan perut dan kelenturan tulang belakang. Bahkan jika dilakukan dengan rutin dan diimbangi dengan meditasi, gerakan ini juga bisa menenangkan fikiran anda. Langkah yang perlu dilakukan adalah :
1)   Posisi bertumpu di atas lutut tegal lurus dengan pinggul, seperti membentuk pose kuda-kuda.
2)   Posisikan tangan dengan ttegsk lurus dengan bahu dan menyangga lurus dengan bahu.
3)   Tulang belakang lurus dan leher lurus dengan tulang belakang.
4)   Tarik nafas
Sedangkan menurut (lebang 2013) jenis dan langkah-langkah yoga untuk lingkar perut
b.    Bhujangasana
1)      Telekupkan badan dan luruskan.
2)      Angkat bagian pinggng ke atas dan sangga dengan kedua tangan.
3)      Tarik kepala ke belakang.
4)      Usahakan untuk menggunakan kekeuatang punggung dalam menahan pose, bukan sanggaan tangan. Tangan hanya dipakai untuk menjaa keseimbangan tubuh.
5)      Jika anda sudah mahir anda tidak perlu menyangga tubunh dnegan tangan.
6)      Pose ini sangat bermanfaat untuk melenturkan badan dan menguatkan otot belakang. Pose ini juga untuk meringankan yeri punggung dan mengurangi lemak pada perut.
c.    Uddyiana Bandha
Pose ini memiliki banyak manfaat untuk tubuh. Selain mengurangi lemak pada perut anda. Selain itu, gerakan ini juga berguna bagi jantung sehingga jantung bisa memomp darah lebih efektif. Pose ini membantu mengatasi masalah hati, sembelit, dan gangguan pencernaan. Gerakan-gerakan ini yang bisa dilakukan dalam pose ini ada dua cara :
Gerakan 1
1)    Lakukan pada pose berdiri
2)   Buka kaki dengan lebar 30 cm dan lutut sedikit menekuk
3)   Tarik napas dalam-dalam lalu tekan perut ke luar dengan otot perut dan hembuskan napas sambil tekan perut ke dalam
Gerakan 2
4)   Dengan pose sama, tekan perut ke dalam dan keluar dengan cepat sebanyak 10 tanpa menarik napas
5)   Lakukan napas dengan teratur setelah selesai
d.   Willow
1)   Berdiri dengan kedua kaki menempel dan tangan di samping badan
2)   Letakkan telapak  kaki kir pada sisi dalam paha kanan
3)   Jika kesulitan anda bisa menempelkannya pada lutut saja
4)   Tempelkan kedua tangan kedepan badan seperti pose menyembah
5)   Tahan pose ini selama beberapa saat. Ada bisa melakukan meditasi dalam posisi ini jika sudah terbiassa
6)   Rentangkan tangan ke atas
7)   Tarik napas sambil membengkokkan badan ke sebelah kiri
8)   Lakukan pada posisi berlawanan sebanyak beberapa kali
9)   Pose ini sangat bermanfaat untuk membentuk ke dua sisi perut
e.    Elayang
1)   Tidur telengkup seperti melakukan push-up
2)   Angkat badan dengan tumpangan pada kedua tangan dan jari-jari kaki. Usahakan badan lurus
3)   Tahan posisi ini beberapa saat
4)   Jika sudah terbiasa, maka anda bisa mengangkat tumpuan jari kaki sehingga hanya bertumpu pada ke dua tangan. Usahaka badan tetap lurus. Anda juga bisa mengangkat tumpuan hanya pada sebelah kaki untuk membantu keseimbangan tubuh
5)   Pose ini akan sangat bermanfaat untuk membakar lemak pada kaki, lengan, dan perut. (wirawanda 2014)
f.     Urdhava Padasana
Satu-satunya gerakan dengan tingkat repitisi tinggi pada Iyengar Yoga. Menempatkan kaki di ketinggian tertntu secara berkesinambungan, sehingga menstimulasi otot perut, terutama bagian lemah, otot bawah
Langkah-langakah
1)   Posisi tubuh telentang angkan tangan dengan penuh energi di atas kepala, telapak tangan mengadap atas. Regangkan tubuh dari ujung jari hingga kaki. Kekuatan lutut dan telapak kaki.
2)   Embuskan napas angkat kaki setinggi 30 derajat. Arahkan tulang punggung bawah anda memanjang menjauh dari pinggang, lalu ratakan dengan tanah. Panjangkan tumit menjauh dari tubuh. Tahan 2-3 detik tanpa menahan napas.
3)   Embuskan napas perlahan angkat kaki hingga 90 derajat. Panjangkan otot hamstring (paha belakang) dan betis atau bagian belakang kaki. Tahan sambil bernapas normal selama 30 detik. Embuskan nafas, turunkan kaki perlahan-lahan ke lantai. Lakukan 8-12 kali.
g.    Vasithasana
Memperkuat struktur otot perut secara menyeluruh dengan memberikan stmulasi berat tubuh dan latihan menjaga keseimbangan.
Langkah-langakah
1)   Letakkan tangan dibawah bahu  dengan posisi telapak tangan melebar. Sangga tubuh dengan menekukkan lutut kanan di bawah posisi pangkal paha dan menekan lantai. Luruskan kaki kiri.
2)   Perlahan-lahan luruskan kaki kanan dan aktifkan area tubuh bagian atas. Saat setelah stabil, angkat kiri ke atas. Lalu, putar kepala kearah tangan kiri. Tahan selama mungkin.
3)   Ganti sisi.
h.    Setubandha Sarvangasana
Menjaga elastisitas otot perut serta merilekskan organ-organ di rongga perut.
1)   Posisi tubuh telentang di lantai. Letakkan lipatan selimut di bawah bahu dan pangkal leher. Tekuk lutut, posisi kaki terbuka lebar pinggul. Pegang pergelangan kaki sambil menekan bahu lantai.
2)   Putar bahu  ke arah dalam sambil mengangkat pinggul ke atas. Tekanan, panjangkan paha belakang untuk memberi sokongan paha belakang untuk memberi sokongan. Tahan selama 5 detik sambil bernapas normal. Turunkan perlahan. (lebang 2013)
Untuk menunjang keberhasilan, biasakan untuk melakukn gerakan-gerakan yoga secara rutin sebanyak tiga kali dalam seminggu. Namun, jangan terlalu memaksakan tubuh untuk melakukan gerakan yoga. Lakukan gerakan yang Nampak ringan dan semakin meingkat kesulitanya. Tubuh yang jarang digerakkan tentu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbiasa. Lebih penting, jangan lakukan lagi gaya hidup yang tidak sehat. Jangan makan-makanan yang tidak sehat dan jangan terlalu sering atau terlalu sediki beristirahat. Lakukan banyak meditasi dan relaksasi sehingga pikiran tidak terbeban. Tubuh yang positif akan olebih mudah terbentuk lewat pikiran yang positif juga.
Selain dalam bentuk gerakan dan meditasi, yoga juga mengajak kita untuk selalu memperhatikan asupan makanan. Makana yang sehat dan dimakan dengan benar akan menghasilkan tubuh yang sehat dan bugar. Sebaliknya, makanan yang tidak sehat dan dimakan dengan salah akan menghasilkan tubuh yang tidak baik. Karena itu yoga selalu mengajarkan kita untuk makan-makan yang baik. Tidak hanya itu, kita juga harus memperoleh makanan dengan cara yang baik pula. Yoga juga menganjurkan kita agar kita lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan dibandingkan dengan daging. Kita bisa memproleh protein dari berbagai makanan lain, seperti kedelai dan juga susu (ananda dkk 2013)
10.  Manfaat yoga
Yoga memilili banyak manfaat bagi kesehatan tubuh dan fikiran. Lewat meditasinya, fikiran dapat menjadi lebih tenang. Selain bermamfaat bagi psikis, yoga juga sangat bermanfaat bagi jasmani seseorang. Gerakan-gerakan yoga mempunyai banyak manfaat yang tersembunyi yang tidak terkirakan sebelumnya. Banyak manfaat secara fisik yang bisa kita capai jika rutin melakukan yoga dengan benar. Salah satu dari hasil melakukan gerakan yoga adalah membentuk tubuh dan mengecilkan perut. Banyak sekali manfaat yoga, seperti :
a.    Memperbaiki postur tubuh, postur tubuh yang awalnya buruk menjadi lebih baik lagi. Kerena tubuh butuh keseimbangan pada tulang punggung dan otot-otot punggung sebagi peyangga tubuh kita (stefanus 2010).
b.    Melindungi jantung, jantung adalah organ peerja keras didalam tubuh manusia, namun latihan  yoga dapat meringankan kerja jantung. Karena penyumbatan darah akibat akibat peumpukan lemak di dinding dinding saluran darah membuat kerja jantung semakin berat. Rajin yoga akan membuat kapasitas organ pernapasan tadi berjalan normal. (lebang 2013).
c.    Menurunkan gula darah dan kolestrol jahat, khususnya pada penderita diabetes. Pendekatan yang bersifat fisioterapis-fisiologis juga menjadi unsur pelengkap yang sangat membantu penderita diabetes, salah satunya dengan melakukan yoga. Menurut cle Souren, Direktur Lembaga Iyengar Yoga Amsterdam konsep terapi yang diberikan yaitu serangkaian pose yang bersifat backbending atau twisting, pendekatan ini secara umum sangat membantu meningkatkan kualitas kesehatan para penderita diabetes (lebang 2013).
d.   Menurunkan tekanan darah, yoga sangat baik bagi penderita hipertensi (yen 2014).
e.    Memperlancar peredaran darah, karena rasa rileks yang didapat dari yoga membantu kelancaran sirkulasi darah dalam tubuh, khususnya di tangan dan kaki. (yen 2014).
f.     Membersihkan limfa, yang merupakan cairan yang kaya akan sel kekebalan tubuh. Dengan berlatih yoga dapat membantu system limfatik, merusak sel-sel kanker dan membuang racun-racun dari produksi fungsi selular (Lebang 2013).
g.    Melancarkan sirkulasi darah, penyumbatan darah akibat penumpukan lemak berubungan dengan kondisi tubuh yang jarang bergerak, bisa menurunkan vitalisasi seorang manusia secara signifikan. Gerakan yang teratur akan membuat tubuh membakar kalori yang cukup dan mempergunakan cadangan lemak secara maksimal, sehingga jumlah kalori yang masuk terjaga dan aliran darah mengalir bisa keseluruh tubu secra konstan (lebang 2013).
h.    Menurunkan nilai lingkar perut dan IMT
Otot perut adalah bagian tubuh yang memiliki struktur  yang sangat kompleks, selain itu melindungi rongga yang berisi organ yang super paling penting menunjang kehidupan, ia juga beperan penting menyangga beban tulang punggung dan actor utama dalam melakukan pergerakan tubuh. Selain berlatih crunch atau sit up, melakukan asana yoga juga sangat baik dalam memberikan stimulasi terhadap otot perut. Tidak sekedar bekerja untuk memperkuat otot perut, yoga memberikan pendekatan secara holistik. Otot perut dipandag sebagai bagian dari kesatuan tubuh manusia yang harus dipelihara sesuai fungsinya. Menurut BKS Iyengar, pakar yoga dunia, yog tidak hanya bekerja secara anatomis, melainkan juga anatomis psikologis. Dalam artian, funsi tubuh harus memenuhi kebutuhan manusia secara menyeluruh. Untuk menjaga fungsi keharmonisan kehidpan, otot perut tidak hanya indah dilihat, namun harus berfungsi secara maksimal. (Lebang 2013).

B.     Kerangka Konsep


Latihan senam Yoga
Nilai Lingkar Perut dan IMT
Olahraga teratur
Pola makan
Pengaturan Diet

Akibat
§ Obesitas
§ Kurus
§ Penyakit kardiovaskuler
§ Diabetes militus
Paktor  yang mempegaruh
   Usia
   Jenis kelamin
   Olahragawan
   Penyakit

Keterangan 
Obat-obatan
Gaya hidup

 










Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Variabel yang tidak ditelit
Variabel yang ditelit
C.     Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep yang dibuat dan melihat hubungan variabel yang diteliti, maka disusun hipotesis sebagai berikut :
1.    Adaya pengaruh antara latihan pernafasan yoga dengan adanya penrunan nilai lingkar perut dan IMT di pathok Yogyakarta