Rabu, 12 November 2014

BAB I



                                                    BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan. Hal ini, terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar (Papalia 2010, dalam Utomo, 2012). Sedangkan menurut Dariyo (2004) yang dimaksud dengan obesitas adalah kelebihan berat badan dari ukuran normal sebenarnya. Rata- rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25- 30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas (Proverawati, 2010 ).
Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di dunia, bahkan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan epidemi global, sehingga obesitas sudah menjadi masalah  kesehatan yang harus segera ditangani. Di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50% orang dewasa dan 25% anak-anak Amerika Serikat mengalami obesitas menggunakan patokan BMI ≥30. Prevelensi obesitas sangat meningkat tajam di kawasan Asia-Pasifik, sebagai contoh, 20,5% dari penduduk korea selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweigh dan 4% mengalami obesitas (Soegih, 2009).
Menurut  Andrian (2012) Pada tahun 2004 indoesian  society for the of obesity (ISSO) terjadi peningkatan prevalensi yaitu prevalensi pria obesitas 21,9% dan perempuan sebesar  49%. Di Yogyakarta kabupaten Sleman prevalensi obesitas pada anak mencapai 9,7% (Yentri, 2006).  Prevalensi obesitas mencapai 7,8% remaja diperkotaan dan 2% remaja dipedesaan sedangkan pada dewasa diperkotaan 15,8%, dan  9,7% di pedesaan (Hadi, 2009).
Overweight dan obesitas  disebabkan peningkatan diet yang tinggi lemak dan gula, disertai penurunan aktivitas fisik. di Negara maju, obesitas telah menjadi epidemik dengan memberikan kontribusi sebesar 35% terhadap angka kesakitan dan memberikan kontribusi sebesar 15-20% terhadap kematian. Jenis obesitas sentral ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe II, ginjal, metabolic, prototombik, dan respon inflamasi (Arundhana, 2010).
National Health And Nutrition Examination (NHANES III) menyebutkan kurang lebih 12% orang dengan indeks massa tubuh (IMT) 27 menderita diabetes tipe II, yaitu 85%-90%, kurang lebih 46% penderita hipertensi, 30% pasien menderita hiperkolestroleia, sehigga penyakit ini sebetulnya dapat dicegah. Berdasakan data NHANES III, dapat disimpulkan bahwa overweigth di Indonesia telah menjadi masalah besar yang memerlukan penanganan serius (Margetts  2009). Menurut Manteri Kesehatan RI (2012) Pada anak, obesitas juga dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas hidup anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat) dan gangguan pernafasan lain.     
Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi terjadinya obesitas adalah karakteristik responden yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Studi Monica (multinational Monotoring and Deteminan in Cardiovaskuler Disease) tahun 1993, menerangkan bahwa lebih dari seperempat (26,34%) penduduk dewasa berusia 25-65 tahun menderita gizi lebih dan obesitas. Penelitian Kodyat dkk tahun 1996 di 12 kota di Indonesia terhadap 10.459 orang yang berumur 25-40 tahun, 82,5% diantaranya menderita obesitas (Dand, 2004). Depkes (2013) pada kelompok umur 40-49 tahun obesitas mencapai puncak yaitu masing-masing 24,4% dan 23% pada laki-laki dan 30,4% dan 43% pada wanita.
Tingginya penderita obesitas pada rentang usia 25-50 tahun, disebabkan oleh seiring bertambahnya usia, timbul beberapa perubahan pada tubuh, metabolism tubuh menurun dan bertambahnya lemak tubuh. Hal ini menurunnya aktivitas fisik sehari-hari. (Kussoy, 2013).
Indeks Masa Tubuh (IMT), merupakan salah satu parameter yang banyak digunakan dalam menentukan kriteria porsi tubuh seseorang dibandingkan dengan tabel tradisional yang langsung membandingkan tinggi badan /berat badan. Nilai yang didapat tidak menggambarkan penyebaran lemak di dalam tubuh maka dari itu selain menggunakan ukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) peneliti juga menggunakan metode pengukuran lingkar perut sebagai indikasi keberhasilan (Yohanes, 2012). Pada studi-studi populasi IMT dan pengukuran persentase lemak tubuh banyak digunakan untuk mengukur rasio penyakik di antara orang dewasa (Gibson, 2005).
Menurut Lingga (2011) Lingkar pinggang dan perut merupakan standar kesehatan seseorang. Memang tidak semua orang yang berbadan kerempeng selalu sehat dan orang gemuk selalu dekat dengan sakit namun orang yang berpinggang ramping memiliki resiko lebih rendah terhadap berbagai penyakit. Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan Indeks Massa Tubuh (IMT)  dalam menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral) karena peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar perut. Menurut pandangan para medis, perut buncit merupakan kriteria penentuan kegemukan dan status kesehatan seseorang.
Kementerian Kesehatan RI sudah membuat kebijakan untuk mencegah obesitas yang terus berkembang dalam Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah. Kebijakan tersebut  dilaksanakan secara komprehensif pada semua jenjang pendidikan dan melibatkan semua pihak terkait seperti keluarga, guru, lembaga pendidikan, masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan. Pencegahan dan penanggulangan perlu dilakukan sedini mungkin mulai dari usia muda. Dikarenakan kegemukan dan obesitas pada masa anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan berpotensi mengalami penyakit metabolik dan penyakit degeneratif dikemudian hari. Untuk itu Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan  segera mengembangkan regulasi dalam bentuk Pedoman Penanggulangan Gizi Lebih (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Untuk mengatasi penyakit kronis seperti obesitas, hipertensi, jantung koroner, stress dan asma, ini salah satunya adalah dengan menurunkan adanya pertambahan lingkar perut dan IMT dalam tubuh. Ada beragam cara pengobatan yang bisa dilakukan mulai dari pengobatan medis hingga nonmedis, yang mana disini pengobatan non medis di antaranya adalah mengatasi obesitas dengan menurunkan berat badan dalam tubuh, ciptakan keadaan rileks (meditasi, yoga, atau hipnotis), dan melakukan olahraga seperti senam aerobic dan latihan yoga. Salah satu olahraga efektif efektif yang dapat dilakukan untuk meurunkan nilai lingkar perut dan IMT adalah dengan latihan yoga (Wong, 2011). Dengan melakukan gerakan yang tepat dan teratur dengan siklus  4x-6x seminggu dengan 26 gerakan selama 40-90 menit (Ferry, 2012, http://www.indotopinfo.com/yoga-untuk-menurunkan-berat-badan.htm di peroleh pada 24 semtember 2014).
Yoga adalah sebuah keterampilan, karena yang dikaji bukan hanya tubuh fisik saja tetapi juga jiwa seseorang. Gerakan-gerakan yoga yang berkaitan dengan bagian otak tertentu menyebabkan tubuh menjadi seimbang dan sehat, Selain hal itu yoga juga dapat memperlancar sirkulasi darah (Wong, 2011). Yoga merupakan suatu bentuk olahraga fisik yang memiliki banyak mamfaat bagi kesehatan. Yoga merupakan alternatif aerobic yang menarik karena latihannya memerlukan sedikit ruangan, tidak memerlukan peralatan dalam latihannya, dan tidak memiliki efeksamping yang berbahaya (Yang, 2007). Yoga bukanlah latihan yang berintensitas tinggi, dan mampu membakar kalori dalam jumlah besar. Namun, melakukan gerakan-gerakan lembut yoga secar rutin mampu membakar lemak sama efektifnya seperti latihan angkat beban (Lebang, 2013).


(cari ayat/hadist yg preventiv)
Di Daerah Istimewa Yogyakarta telah banyak bermunculan tempat-tempat senam yang bertujuan untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kebugaran. Bahkan setiap RW ada kelompok senam yang melakukan latihan secara rutin. Masyarakat yang tertarik pada senam yoga pada umumnya terdiri dari orang-orang yang gemar pada kesehatan dan hal-hal yang bersifat spiritual (Nugroho, 2004).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Karang Tengah Sleman Yogyakarta tahun 2014 tercatan jumlah penduduk sebanyak 1638 orang, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 652 orang dan jumlah 984 orang. Hasil kunjungan ke warga dari 52 orang. Katagori yang mengalami obesitas sebanyak 46% , sedangkan yang overweight 39,5%, dan BB yang normal 23,5% diantaranya dengan usia dewasa dan mereka menganggap bahwa obesitas merupakan tanda dari kemakmuran seseorang dan mempercayai bahwa obesitas merupakan keturunan dari keluarga mereka, bukan faktor risiko dari suatu penyakit berbahaya. Hasil dari wawancara dengan ibu dan bapak dukuh sebagian besar di karang tengan mengalami berat badan lebih dan tidak mengetahui bagaimana cara untuk menurutknanya. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh latihan yoga terhadap indeks massa tubuh dan lingkar perut pada orang dewasa dengan obesitas di Karang Tengah Slemen Yogyakarta.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan “ Apakah  ada pengaruh latihan yoga terhadap lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh pada dewasa dengan  obesitas di Karang Tengah Sleman Yogyakarta tahun 2014 ? “
C.     Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh latihan yoga terhadap penurunan lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh pada dewasa dengan  obesitas di Karang Tengah Sleman Yogyakarta.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui distribusi frekuensi lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh pada dewasa dengan obesitas di Karang Tengah Yogyakarta.
b.      Mengetahui perubahan lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh setelah melakukan latihan yoga 4x seminggu selama 40 menit dalam waktu 1 bulan di Karang Tengah Yogyakarta.
D.    Mamfaat Penelitian
1.      Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini secara teortis diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu di keperawatan dewasa efek latihan yoga terhadap nilai lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh pada obesitas.
2.      Bagi Pengguna
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan sumber informasi tentang pentingnya latihan yoga yang baik untuk dapat mengontrol penyakit yang membahayakan.
3.      Penlitian selanjutnya
Mampu mengembangkan penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini dan untuk meneliti variabel lain yang terikat dengan opengaruh yoga terhadap lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh pada obesitas atau variabel lain yang belum diteliti.
E.     Ruang Lingkup Penelitian
1.    Lingkup Materi
Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh latihan yoga terhadap lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh yang  melakukan dengan yang tidak melakukan yoga dikarenakan nilai lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh untuk menentukan seberapa besar untuk mereka bisa terkena penyakit.
2.    Lingkup Responden
Responden dalam penelitian ini warga di desa karang tengah sebanyak 20 orang usia 30-50 Pada usia ini rentan untuk sangat rentang untuk terkena penyakit dikarenakan fungsi sistem yang di dalam tubuh makin berkurang.
3.    Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan dari studi pendahuluan, pembuatan proposal dari bulan September 2014 Sampai dengan penyusunan laporan penelitian pada bulan Februari 2014.
4.    Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat dalam penelitian pengaruh latihan yoga terhadap ingkar perut dan indeks massa tubuh pada dewasa dengan obesitas di desa karang tengah, peneliti mengambil di Yogyakarta khususnya di karang tengah karena masyarakat yang mengalami obesitas sangat banyak.
F.      Keaslian Peneliti
1.      Andri Sasmita S (2010) Dengan Judul “Pengaruh Latihan Hatha Yoga Selama 12 Minggu Terhadap Tekanan Darah Diastol dan Sistol Wanita Berusia 50 Tahun Keatas”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah latihan yoga terprogram selama 12 minggu dapat menurunkan tekanan darah wanita yang berusia 50 tahun ke atas. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu dengan One Group Pre dan Post Test Design. Subyek penelitian diambil secara purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang diambil adalah tekanan darah yang didapat dari sebelum latihan diberikan , minggu ke-4, minggu ke-8 dan minggu ke-12 setelah latihan diberikan. Perbedaan tekanan darah sebelum latihan, minggu ke-4, minggu ke-8 dan minggu ke-12 setelah latihan dianalisa dengan friedman test dan dilanjutkan dengan wilcoxon. Perbedaan dinyatakan signifikan bila didapatkan p< 0,05. Dari data yang terkumpul didapatkan 37 subyek penelitian, didapatkan penurunan tekanan darah diastol yang signifikan ( p< 0,05) dan Sistol tidak signifikan (p > 0,05).  Hasil penelitian selama 12 minggu dapat menurunkan tekanan darah diastol tetapi tidak pada tekanan darah sistol wanita yang berusia 50 tahun ke atas.
Perbedaanya dengan peneliti ini adalah variabel terikat, samplenya dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan metode yang dilakukan oleh peneliti pre eksperimental dengan rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre and post test design dan variabel terikat menggunakan skala interval.
2.      Peneliti yang kedua dilakukan oleh Dwi Ayu (2009) dengan judul pengaruh yoga “pranayama” terhadap tingkat kecemasan pada klien gangguan jiwa dibadan pelayanan khususnya rumah sakit jiwa propinsi bali. Metode pelelitian ini eksprimen dengan pre eksprimental design : pre tes-post test with control group. Sampel sebanyak 62 orang yaitu 31 orang ekspriment dan 31 orang kontrol. Tehnik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dengan alat ukur yang digunakan yaitu ASS (Analog Anxiety Scale). Pengolahan data dengan uji wilcoxon Signed Rank Test dan Mann Whitnney Test. Hasil penelitian dari Yoga ”Pranayama” mempunyai pengaruh terhadap tingkat kecemasan klien gangguan jiwa, dimana sebelum pelaksanaan yoga ”Pranayama” kilen yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 10 orang (32,26%), 19 orang mengalami cemas sedang yaitu 61,29% dan cemas berat 2 orang (6,45%), setelah pelaksanaan yoga ”Pranayama” klien yang mengalami cemas ringan sebanyak 18 orang (58,07%), cemas sedang 11 orang (35,48%) dan cemas berat tetap yaitu 2 orang (6,45). Di simpulkan ada pengaruh yang bermakna antara pelaksanaan Yoga ”Pranayama” terhadap tingkat kecemasan pada klien gangguan jiwa. Dengan nilai nilai p < 0,05 yaitu p = 0,000, dan nilai  Z hitung -3,982 lebih besar dari Z tabel    -1,96.
Perbedaanya dengan peneliti ini adalah variabel terikat, samplenya dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan metode yang dilakukan oleh peneliti pre eksperimental dengan rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre and post test design dan variabel terikat menggunakan skala interval.
3.      Dewi Nur Wijayanti (2013) yang berjudul  “Analisis Faktor Penyebab Obesitas dan Cara Mengatasi Obesitas pada Remaja Putri (Studi Kasus Pada Siswi SMA Negeri 3 Temanggung)”. Skripsi Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Tujuan yang dikaji dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab pada remaja putri, untuk mengetahui ada tidaknya pencegahan obesitas yang sudah dilakukan pada remaja putri, dan untuk mengetahui ada tidaknya program latihan selama 1 bulan terhadap penurunan berat badan pada penderita obesitas remaja putri. Penelitian ini bersifat Kuantitatif dan survei test dengan metode “Pre Test- Post Test Group Desain”. Populasi penelitian ini adalah remaja putri penderita obesitas di SMA Negeri 3 Temanggung yang berjumlah 28 orang. Sampel penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling berjumlah 12 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Tes untuk mengetahui berat badan dengan timbangan, 2) Pengisian angket guna mengetahui faktor penyebab obesitas, 3) Latihan senam aerobik dan pengaturan pola makan. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan metode statistik uji t berpasangan (paired test) pada SPSS 17 dengan derajat kemaknaan sebesar (α)= 0,05. Hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa remaja putri mengalami obesitas sejak masa balita, remaja putri yang mengalami obesitas disebabkan karena banyak ngemil dan makan makanan instan, dan remaja putri yang mengalami obesitas disebabkan karena kurang aktivitas fisik. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali per minggu menunjukkan bahwa : 1) IMT pre test 25,13, post test 23,99. Dari hasil uji t didapatkan thitung = 12,678> ttabel = 0,000 pada taraf signifikansi 0,000 < 0,05. Berdasarkan uji paired t test berat badan dapat dinyatakan bahwa thitung > ttabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat penurunan berat badan sebelum dan sesudah melakukan pengaturan pola makan dan senam aerobik dilihat dari IMT. Hasil penelitian ini bahwa latihan senam aerobik dan pengaturan pola makan berpengaruh terhadap berat badan pada remaja putri penderita obesitas. Disarankan bagi remaja putri penderita obesitas yang ingin menurunkan berat badan dapat melakukan: 1) latihan senam aerobik jens low impact, minimal 3 kali per minggu karena senam aerobik jenis low impact paling tepat untuk program penurunan berat badan dan paling efektif membakar lemak, 2) pengaturan program pola makan karena dapat mempercepat penurunan berat badan jika di imbangi dengan mengatur pola makan.
Perbedaanya dengan peneliti ini adalah variabel terikat, samplenya dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan metode yang dilakukan oleh peneliti pre eksperimental dengan rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre and post test design dan variabel terikat menggunakan skala interval.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar