BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang
ditandai oleh penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan. Hal ini,
terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi
yang keluar (Papalia 2010, dalam Utomo, 2012). Sedangkan menurut Dariyo (2004)
yang dimaksud dengan obesitas adalah kelebihan berat badan dari ukuran normal
sebenarnya. Rata- rata wanita memiliki lemak
tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan normal antara lemak
tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25- 30% pada wanita dan 18-23% pada
pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih
dari 25% dianggap mengalami obesitas (Proverawati, 2010 ).
Obesitas
mulai menjadi masalah kesehatan di dunia,
bahkan World
Health Organization
(WHO) menyatakan bahwa obesitas sudah
merupakan epidemi global, sehingga
obesitas sudah menjadi masalah
kesehatan yang harus segera ditangani.
Di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50% orang dewasa dan 25% anak-anak Amerika
Serikat mengalami obesitas menggunakan patokan BMI ≥30. Prevelensi obesitas
sangat meningkat tajam di kawasan Asia-Pasifik, sebagai contoh, 20,5% dari
penduduk korea selatan tergolong overweight
dan 1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweigh dan 4% mengalami obesitas (Soegih,
2009).
Menurut Andrian
(2012) Pada tahun 2004 indoesian society for the of obesity (ISSO) terjadi
peningkatan prevalensi yaitu prevalensi pria obesitas 21,9% dan perempuan
sebesar 49%. Di
Yogyakarta kabupaten Sleman prevalensi obesitas pada anak mencapai 9,7% (Yentri,
2006). Prevalensi obesitas mencapai 7,8%
remaja diperkotaan dan 2% remaja dipedesaan sedangkan pada dewasa diperkotaan 15,8%, dan
9,7% di pedesaan (Hadi, 2009).
Overweight dan
obesitas disebabkan peningkatan diet
yang tinggi lemak dan gula, disertai penurunan aktivitas fisik. di Negara maju, obesitas telah menjadi epidemik
dengan memberikan kontribusi sebesar
35% terhadap angka kesakitan dan memberikan kontribusi sebesar 15-20%
terhadap kematian. Jenis obesitas sentral ini sangat berpengaruh
terhadap kejadian penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe II, ginjal, metabolic, prototombik, dan respon inflamasi (Arundhana, 2010).
National Health And Nutrition Examination (NHANES III) menyebutkan kurang lebih 12% orang dengan
indeks massa tubuh (IMT) 27 menderita diabetes tipe II, yaitu 85%-90%, kurang
lebih 46% penderita hipertensi, 30% pasien menderita hiperkolestroleia, sehigga
penyakit ini sebetulnya dapat dicegah. Berdasakan data NHANES III, dapat
disimpulkan bahwa overweigth di Indonesia telah menjadi masalah besar yang
memerlukan penanganan serius (Margetts
2009). Menurut Manteri Kesehatan RI (2012) Pada anak, obesitas juga dapat
mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas hidup
anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat) dan
gangguan pernafasan lain.
Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi terjadinya obesitas adalah
karakteristik responden yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan
pendapatan. Studi Monica (multinational
Monotoring and Deteminan in Cardiovaskuler Disease) tahun 1993, menerangkan
bahwa lebih dari seperempat (26,34%) penduduk dewasa berusia 25-65 tahun
menderita gizi lebih dan obesitas. Penelitian Kodyat dkk tahun 1996 di 12 kota
di Indonesia terhadap 10.459 orang yang berumur 25-40 tahun, 82,5% diantaranya
menderita obesitas (Dand, 2004). Depkes (2013) pada kelompok umur 40-49 tahun
obesitas mencapai puncak yaitu masing-masing 24,4% dan 23% pada laki-laki dan
30,4% dan 43% pada wanita.
Tingginya penderita obesitas pada rentang usia 25-50 tahun, disebabkan
oleh seiring bertambahnya usia, timbul beberapa perubahan pada tubuh,
metabolism tubuh menurun dan bertambahnya lemak tubuh. Hal ini menurunnya
aktivitas fisik sehari-hari. (Kussoy, 2013).
Indeks Masa Tubuh (IMT), merupakan salah satu parameter
yang banyak digunakan dalam menentukan kriteria porsi tubuh seseorang
dibandingkan dengan tabel tradisional yang langsung membandingkan tinggi badan
/berat badan. Nilai yang didapat tidak menggambarkan penyebaran lemak di dalam
tubuh maka dari itu selain menggunakan ukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) peneliti
juga menggunakan metode pengukuran lingkar perut sebagai indikasi keberhasilan (Yohanes,
2012). Pada studi-studi
populasi IMT dan pengukuran persentase lemak tubuh banyak digunakan untuk
mengukur rasio penyakik di antara orang dewasa (Gibson, 2005).
Menurut Lingga (2011) Lingkar pinggang dan perut
merupakan standar kesehatan seseorang. Memang tidak semua orang yang berbadan kerempeng selalu
sehat dan orang gemuk selalu dekat dengan sakit namun orang yang berpinggang
ramping memiliki resiko lebih rendah terhadap berbagai penyakit. Pengukuran
lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan Indeks Massa
Tubuh (IMT) dalam menentukan
timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral) karena peningkatan
timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar perut. Menurut pandangan para medis, perut buncit merupakan
kriteria penentuan kegemukan dan status kesehatan seseorang.
Kementerian
Kesehatan RI sudah membuat kebijakan untuk mencegah obesitas yang terus
berkembang dalam Pedoman
Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah.
Kebijakan tersebut dilaksanakan secara komprehensif pada semua jenjang pendidikan dan
melibatkan semua pihak terkait seperti keluarga, guru, lembaga pendidikan,
masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan. Pencegahan dan penanggulangan perlu
dilakukan sedini mungkin mulai dari usia muda. Dikarenakan kegemukan dan
obesitas pada masa anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan
berpotensi mengalami penyakit metabolik dan penyakit degeneratif dikemudian
hari. Untuk
itu Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan segera mengembangkan regulasi dalam
bentuk Pedoman Penanggulangan Gizi Lebih (Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
Untuk mengatasi penyakit kronis seperti obesitas,
hipertensi, jantung koroner, stress dan asma, ini salah satunya adalah dengan
menurunkan adanya pertambahan lingkar perut dan IMT dalam tubuh. Ada beragam
cara pengobatan yang bisa dilakukan mulai dari pengobatan medis hingga
nonmedis, yang mana disini pengobatan non medis di antaranya adalah mengatasi
obesitas dengan menurunkan berat badan dalam tubuh, ciptakan keadaan rileks
(meditasi, yoga, atau hipnotis), dan melakukan olahraga seperti senam aerobic
dan latihan yoga. Salah satu olahraga efektif efektif yang dapat dilakukan
untuk meurunkan nilai lingkar perut dan IMT adalah dengan latihan yoga (Wong,
2011). Dengan melakukan gerakan yang tepat dan teratur dengan siklus 4x-6x seminggu dengan 26 gerakan selama 40-90
menit (Ferry, 2012, http://www.indotopinfo.com/yoga-untuk-menurunkan-berat-badan.htm
di peroleh pada 24 semtember 2014).
Yoga adalah sebuah keterampilan, karena yang dikaji
bukan hanya tubuh fisik saja tetapi juga jiwa seseorang. Gerakan-gerakan yoga
yang berkaitan dengan bagian otak tertentu menyebabkan tubuh menjadi seimbang
dan sehat, Selain hal itu yoga juga dapat memperlancar sirkulasi darah (Wong,
2011). Yoga
merupakan suatu bentuk olahraga fisik yang memiliki banyak mamfaat bagi
kesehatan. Yoga merupakan alternatif aerobic yang menarik karena latihannya
memerlukan sedikit ruangan, tidak memerlukan peralatan dalam latihannya, dan tidak
memiliki efeksamping yang berbahaya (Yang, 2007). Yoga bukanlah latihan yang berintensitas tinggi, dan
mampu membakar kalori dalam jumlah besar. Namun, melakukan gerakan-gerakan
lembut yoga secar rutin mampu membakar lemak sama efektifnya seperti latihan
angkat beban (Lebang, 2013).
(cari ayat/hadist yg
preventiv)
Di Daerah Istimewa Yogyakarta telah banyak
bermunculan tempat-tempat senam yang bertujuan untuk menjaga, mempertahankan
dan meningkatkan kebugaran. Bahkan setiap RW ada kelompok senam yang melakukan
latihan secara rutin. Masyarakat yang tertarik pada senam yoga pada umumnya
terdiri dari orang-orang yang gemar pada kesehatan dan hal-hal yang bersifat
spiritual (Nugroho, 2004).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti di Karang Tengah Sleman Yogyakarta tahun 2014 tercatan jumlah penduduk
sebanyak 1638 orang, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 652 orang dan
jumlah 984 orang. Hasil kunjungan ke warga dari 52 orang. Katagori yang
mengalami obesitas sebanyak 46% , sedangkan yang overweight 39,5%, dan BB yang normal 23,5% diantaranya dengan usia
dewasa dan mereka menganggap bahwa obesitas merupakan tanda dari kemakmuran
seseorang dan mempercayai bahwa obesitas merupakan keturunan dari keluarga
mereka, bukan faktor risiko dari suatu penyakit berbahaya. Hasil dari wawancara
dengan ibu dan bapak dukuh sebagian besar di karang tengan mengalami berat
badan lebih dan tidak mengetahui bagaimana cara untuk menurutknanya. Berdasarkan
pertimbangan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh
latihan yoga terhadap indeks massa tubuh dan lingkar perut pada orang dewasa dengan
obesitas di Karang Tengah Slemen Yogyakarta.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan “
Apakah ada pengaruh latihan yoga
terhadap lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh pada dewasa dengan obesitas di Karang Tengah Sleman Yogyakarta tahun
2014 ? “
C. Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
Umum
Dari
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh latihan yoga terhadap
penurunan lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh pada dewasa dengan obesitas di Karang Tengah Sleman Yogyakarta.
2. Tujuan
Khusus
a. Mengetahui
distribusi frekuensi lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh pada dewasa dengan
obesitas di Karang Tengah Yogyakarta.
b. Mengetahui
perubahan lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh setelah melakukan latihan yoga
4x seminggu selama 40 menit dalam waktu 1 bulan di Karang Tengah Yogyakarta.
D. Mamfaat
Penelitian
1. Bagi
Ilmu Pengetahuan
Hasil
penelitian ini secara teortis diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu di
keperawatan dewasa efek latihan yoga terhadap nilai lingkar perut dan Indeks
Massa Tubuh pada obesitas.
2. Bagi
Pengguna
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan sumber
informasi tentang pentingnya latihan yoga yang baik untuk dapat mengontrol
penyakit yang membahayakan.
3. Penlitian
selanjutnya
Mampu
mengembangkan penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan
peneliti saat ini dan untuk meneliti variabel lain yang terikat dengan
opengaruh yoga terhadap lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh pada obesitas atau
variabel lain yang belum diteliti.
E. Ruang
Lingkup Penelitian
1. Lingkup
Materi
Materi
yang dibahas dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh latihan yoga terhadap
lingkar perut dan Indeks Massa Tubuh yang
melakukan dengan yang tidak melakukan yoga dikarenakan nilai lingkar
perut dan Indeks Massa Tubuh untuk menentukan seberapa besar untuk mereka bisa
terkena penyakit.
2. Lingkup
Responden
Responden
dalam penelitian ini warga di desa karang tengah sebanyak 20 orang usia 30-50
Pada usia ini rentan untuk sangat rentang untuk terkena penyakit dikarenakan
fungsi sistem yang di dalam tubuh makin berkurang.
3. Lingkup
Waktu
Penelitian ini dilakukan dari studi pendahuluan,
pembuatan proposal dari
bulan September 2014 Sampai dengan penyusunan laporan penelitian pada bulan Februari
2014.
4. Lingkup
Tempat
Ruang
lingkup tempat dalam penelitian pengaruh latihan yoga terhadap ingkar perut dan
indeks massa tubuh pada dewasa dengan obesitas di desa karang tengah, peneliti
mengambil di Yogyakarta khususnya di karang tengah karena masyarakat yang
mengalami obesitas sangat banyak.
F. Keaslian
Peneliti
1. Andri Sasmita S (2010) Dengan Judul “Pengaruh Latihan Hatha Yoga Selama 12 Minggu
Terhadap Tekanan Darah Diastol dan Sistol Wanita Berusia 50 Tahun Keatas”. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah latihan yoga terprogram selama 12 minggu dapat
menurunkan tekanan darah wanita yang berusia 50 tahun ke atas. Penelitian ini
adalah penelitian eksperimental semu dengan One Group Pre dan Post
Test Design. Subyek penelitian diambil secara purposive sampling yang
memenuhi kriteria inklusi. Data yang diambil adalah tekanan darah yang didapat
dari sebelum latihan diberikan , minggu ke-4, minggu ke-8 dan minggu ke-12
setelah latihan diberikan. Perbedaan tekanan darah sebelum latihan, minggu
ke-4, minggu ke-8 dan minggu ke-12 setelah latihan dianalisa dengan friedman
test dan dilanjutkan dengan wilcoxon. Perbedaan dinyatakan
signifikan bila didapatkan p< 0,05. Dari data yang terkumpul
didapatkan 37 subyek penelitian, didapatkan penurunan tekanan darah diastol
yang signifikan ( p< 0,05) dan Sistol tidak signifikan (p >
0,05). Hasil penelitian selama 12
minggu dapat menurunkan tekanan darah diastol tetapi tidak pada tekanan darah
sistol wanita yang berusia 50 tahun ke atas.
Perbedaanya dengan peneliti ini
adalah variabel terikat, samplenya dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan
metode yang dilakukan oleh peneliti pre
eksperimental dengan rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre
and post test design dan variabel
terikat menggunakan skala interval.
2. Peneliti
yang kedua dilakukan oleh Dwi Ayu (2009) dengan judul pengaruh yoga “pranayama”
terhadap tingkat kecemasan pada klien gangguan jiwa dibadan pelayanan khususnya
rumah sakit jiwa propinsi bali. Metode pelelitian ini eksprimen dengan pre eksprimental design : pre tes-post test with control group. Sampel
sebanyak 62 orang yaitu 31 orang ekspriment dan 31 orang kontrol. Tehnik
pengumpulan data menggunakan lembar observasi dengan alat ukur yang digunakan
yaitu ASS (Analog
Anxiety Scale). Pengolahan data dengan uji wilcoxon Signed Rank Test dan
Mann Whitnney Test. Hasil
penelitian dari Yoga ”Pranayama” mempunyai pengaruh terhadap
tingkat kecemasan klien gangguan jiwa, dimana sebelum pelaksanaan yoga ”Pranayama”
kilen yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 10 orang (32,26%), 19 orang
mengalami cemas sedang yaitu 61,29% dan cemas berat 2 orang (6,45%), setelah
pelaksanaan yoga ”Pranayama” klien yang mengalami cemas ringan sebanyak 18
orang (58,07%), cemas sedang 11 orang (35,48%) dan cemas berat tetap yaitu 2
orang (6,45). Di simpulkan ada pengaruh yang bermakna antara pelaksanaan Yoga ”Pranayama”
terhadap tingkat kecemasan pada klien gangguan jiwa. Dengan nilai nilai p <
0,05 yaitu p = 0,000, dan nilai Z hitung -3,982 lebih besar dari Z tabel
-1,96.
Perbedaanya dengan peneliti ini
adalah variabel terikat, samplenya dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan
metode yang dilakukan oleh peneliti pre
eksperimental dengan rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre
and post test design dan variabel
terikat menggunakan skala interval.
3. Dewi
Nur Wijayanti (2013) yang berjudul
“Analisis Faktor Penyebab Obesitas dan Cara Mengatasi Obesitas pada
Remaja Putri (Studi Kasus Pada Siswi SMA Negeri 3 Temanggung)”. Skripsi Jurusan
Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Tujuan yang dikaji dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab
pada remaja putri, untuk mengetahui ada tidaknya pencegahan obesitas yang sudah
dilakukan pada remaja putri, dan untuk mengetahui ada tidaknya program latihan
selama 1 bulan terhadap penurunan berat badan pada penderita obesitas remaja
putri. Penelitian ini bersifat Kuantitatif dan survei test dengan metode “Pre
Test- Post Test Group Desain”. Populasi penelitian ini adalah remaja putri
penderita obesitas di SMA Negeri 3 Temanggung yang berjumlah 28 orang. Sampel
penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling berjumlah 12 orang.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Tes untuk mengetahui
berat badan dengan timbangan, 2) Pengisian angket guna mengetahui faktor
penyebab obesitas, 3) Latihan senam aerobik dan pengaturan pola makan. Data
yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan metode statistik uji t berpasangan
(paired test) pada SPSS 17 dengan derajat kemaknaan sebesar (α)= 0,05. Hasil
analisis data dapat disimpulkan bahwa remaja putri mengalami obesitas sejak
masa balita, remaja putri yang mengalami obesitas disebabkan karena banyak
ngemil dan makan makanan instan, dan remaja putri yang mengalami obesitas
disebabkan karena kurang aktivitas fisik. Sedangkan hasil penelitian yang
dilakukan selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali per minggu menunjukkan bahwa
: 1) IMT pre test 25,13, post test 23,99. Dari hasil uji t
didapatkan thitung = 12,678> ttabel = 0,000 pada taraf signifikansi 0,000
< 0,05. Berdasarkan uji paired t test berat badan dapat dinyatakan
bahwa thitung > ttabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat penurunan
berat badan sebelum dan sesudah melakukan pengaturan pola makan dan senam
aerobik dilihat dari IMT. Hasil penelitian ini bahwa latihan senam aerobik dan
pengaturan pola makan berpengaruh terhadap berat badan pada remaja putri
penderita obesitas. Disarankan bagi remaja putri penderita obesitas yang ingin
menurunkan berat badan dapat melakukan: 1) latihan senam aerobik jens low
impact, minimal 3 kali per minggu karena senam aerobik jenis low impact paling
tepat untuk program penurunan berat badan dan paling efektif membakar lemak, 2)
pengaturan program pola makan karena dapat mempercepat penurunan berat badan
jika di imbangi dengan mengatur pola makan.
Perbedaanya dengan peneliti ini
adalah variabel terikat, samplenya dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan
metode yang dilakukan oleh peneliti pre
eksperimental dengan rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre
and post test design dan variabel
terikat menggunakan skala interval.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar