BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seiring dengan meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat, jumlah kasusu
obesitas cenderung meningkat. Obesitas merupakan faktor terjadinya berbagai
penyakit degenerative seperti obesitas, penyakit jantung dan kardiovaskuler.
Banyak faktor yang memicu obesitas, seperti peningkatan masyarakat, perubahan
pola makan menjadi tinggi kalori dan lemak serta rendah serat, dan perubahan
pola aktivitas masyarakat yang mejadi semakin berkurang. Penilaian status gizi dilakukan awal dalam
mendeteksi obesitas dan faktor yang terkait. Terdapat ada dua cara penilaian
status gizi, yaitu secara langsung yang antropometri, biokimia, klinis, fisik
dan tidak langsung yang terdiri dari survey konsumsi makanan dan faktor
ekologi. Antropometri merupakan indikator yang telah lama dan sering digunakan
dalam penentuan status gizi. Indeks antropometri yang biasa digunakan untuk
mendeteksi obesitas antara lain Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar perut. Penilaian ini mudah dilakukan sehingga
sering dicantumkan dalam semua macam penilaian gizi (septianan dkk, 2011).
Indeks Masa Tubuh
(IMT), merupakan salah satu parameter yang banyak digunakan dalam menentukan
kriteria porsi tubuh seseorang dibandingkan dengan tabel tradisional yang
langsung membandingkan tinggi badan /berat badan. Salah satu alasannya ialah
Indeks Massa Tubuh berkorelasi kuat dengan jumlah total lemak tubuh pada
manusia yang mana dapat menggambarkan status berat badan seseorang (yohanes
2012), Selain itu Indeks Massa Tubuh itu juga dapat digunakan untuk
menggambarkan secara kasar dari komposisi tubuh, meskipun tidak disertai nilai
konstribusi berat dari lemak dan otot. Ukuran antrometri lainya yang didasarkan
pada lingkar tubuh yang di gunakan di bidang ini yaitu rasio lingkar perut
terhadap lingkar panggul (waistl hip
ratio [WHR]) merupakan indikator distribusi lemak ketimbang jumlah total
lemak di dalam tubuh.
IMT adalah
volumetrik paling sederhana. Kita hanya membutuhkan data berat badan dan tinggi
badan. Sayangnya, nilai yang didapat tidak menggambargan penyebaran lemak di
dalam tubuh maka dari itu selain menggunakan ukuran IMT peneliti juga
menggunakan metode pengukuran lingkar perut sebagai indikasi keberhasilan. Jadi
lingkar perut merupakan salah satu indikator untuk mantau resiko kegemukan
seseorang.
Menurut lingga
(2011) Lingkar pinggang dan perut merupakan standar kesehatan seseorang.
Memang tidak semua orang yang berbadan kerempeng selalu sehat dan orang gemuk
selalu dekat dengan sakit namun orang yang berpinggang ramping memiliki resiko
lebih rendah terhadap berbagai penyakit. Menurut pandangan para medis, perut
buncit merupakan kriteria penentuan kegemukan dan status kesehatan seseorang.
Semakin besar lemak visceral yang menumpuk di perut, maka orang tersebut lebih
beriesiko menderita penyakit terkait dengan sindrom X (,2011). Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti
dibandingkan IMT dalam menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut
(obesitas sentral) karena peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari
meningkatnya lingkar perut. Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal atau sentral. Jenis obesitas ini
sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes
mellitus tipe II. (Seidell
dkk,). NHANES III menyebutkan kurang lebih 12% orang dengan IMT 27 menderita
diabetes tipe II, yaitu 85%-90%, kurang lebih 46% penderita hipertensi, 30%
pasien menderita hiperkolestroleia, sehigga penyakit ini sebetulnya dapat
dicegah. (margetts dkk, 2009).
Menurut
Gerberding (2003), memperlihatkan stastistik menjelaskan. 65% orang dewasa AS
memiliki masalah kegemukan atau obesitas. Di tahun 2000, 38,8 juta orang. Indonesia
sebagai Negara berkembang, saat ini juga masih dihadapkan dengan berbagai
permasalahan kesehatan yang kompleks. Selain kurang gizi dan penyakit infeksi
yang masih menjadi masalah utama, semakin tingginya prevalensi obesitas
diberbagai daerah juga mengkwatirkan (Andrian, 2012). Penderita
obesitas di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia
tahun 2000 jumlah penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 26.7 juta
(17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta (4.7%). Berdasakan
data tersebut, dapat disimpulkan bahwa overweigth di Indonesia telah menjadi
masalah besar yang memerlukan penanganan serius. (Gibney dkk, 2009).
Menurut (Andrian, 2012) Pada tahun 2004 menurut
indoesian society for the of qbesity
(ISSO) terjadi peningkatan prevalensi yaitu prevalensi pria overweight dan
perempuan sebesar 21,9% dan 49% mengalami obesitas sedangkan pada perempuan
sebesar 19,3%, mengalami overweight dan 38,8% mengalami obesitas. Dikota
Yogyakarta kabupateb bantul, pada tahu 2003 didapatkan prevalensi obesitas
masing-masing 7,8% dan 2,2%.
Untuk mengatasi
penyakit kronis seperti obesitas, hipertensi, jantung coroner, stress dan asma,
ini salah satunya adalah dengan menurunkan adanya pertambahan lingkar perut dan
IMT dalam tubuh. Ada beragam cara pengobatan yang bisa diilakukan mulai dari
pengobatan medis hingga nonmedis. Adapun cara non medis yang dapat dilakukan
adalah dengan mengatur menu makana dan melakukan olahraga secara teratur. Salah
satu olahraga efektif efektif yang dapat dilakukan untuk meurunkan nilai
lingkar perut dan IMT adalah dengan yoga.
Yoga adalah sebuah
keterampilan, karena yang dikaji bukan hanya tubuh fisik saja tetapi juga jiwa
seseorang. Gerakan-gerakan pada yoga sebenarnya berkaitan dengan simpul-simpul
saraf otak. Kalau otak tenang, seluruh badan akan mengikuti petunjuk otak. Terjadilah keseimbangan dengan
hasil kesehatan. Gerakan-gerakan tertentu berkaitan dengan otak tertentu.
(Wong, 2011) Yoga merupakan suatu bentuk olahraga fisik yang memiiki banyak
mamfaat bagi kesehatan (Yang, 2007). Yoga mungkin menarik sebagai alternatif
aerobic karena latihannya memerlukan sedikit ruangan, tidak memerlukan
peralatan dalam latihannya, dan memiliki efeksamping berbahaya yang lebih
sedikit. Keberhasilan yoga telah banyak terlihat pada penyakit jantung dan
diabetes mellitus (Gordon dkk, 2008).
Yoga bukanlah
merupakan olahraga yang berintensitas tinggi, dan baik mampu membakar kalori
dalam jumlah besar. Namun, melakukan gerakan-gerakan lembut yoga secar rutin
mampu membakar lemak sama efektifnya seperti latihan angkat beban (lebang, 2013).
Menurut hasil penelitian di University of Pittsburgh, wanita yang melakukan
latihan yoga rata-rata turun berat badan 13,5 kg. Sedangkan wanita yang
melakukan latihan kekuatan rata-rata turun berat badan 11,5 kg berat badan
(Anastasia, 2004)
Undang-undang
Republik Indonesia Nomer 3 Tahun 2005, tentang system keolahragaan nasional,
undang-undang ini terdidi dari 3 pasal yaitu 78, 79,dan 80. Isi dri pasal
tersebut secara rinci dapat dilihat pada undangundang RI No. 3 Tahun 2005
tentang system keolahragaan nasional. Di daerah istimewa Yogyakarta
sekarang ini sudah banyak bermunculan
tempat-tempat sanggar yang bertujuan untuk menjaga, mempertahankan dan
meningkatkan kebugaran. Di Yogyakarta
kurang lebih ada….. dan setiap RW sudah ada kelompok senam yang melakukan
latihn secara rutin. Masyarakat Indonesia pada saat ini mereka-mereka yang
tertarik pada senam yoga pada umumnya terdiri dari orang-orang yang gemar pada
kesehatan dan hal-hal yang bersifat spiritual. Nugroho (2004).
Dalam peneliti yang
lain sudah banyak meneliti tentang yoga seperti peneliti sebelumya Handayani
(2010) dan Eniwati (2011) meneliti Pengaruh
Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dengan Hipertensi Pada Lansia. Di penelitian sebelumnya hanya menjelaskan
pengaruh yoga terhadap orang yang yang lebih bersiko dengan penyakit
kardiovaskuler sedangkan dalam peneliti
inin membahas pengaruh yoga pada orang dewasa tampa melihat seseorang dengan
berpontensi terkena penyakit atau tidak. Sehingga peneliti kali ini ingin membahas
seputar nilai lingkar perut dan IMT dikarenakan masih banyak masyarakat yang
tidak mengetahui nilai lingkar perut dan IMT yang normal dan sehat dan apa
dampaknya jika tidak segera ditangani. Sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian khusunya tentang pengaruh yoga terhadap lingkar perut dan
IMT di Yogyakarta khususnya di…
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
di atas, maka dapat dirumuskan “ Apakah
ada pengaruh terapi yoga terhadap lingkar perut dan IMT di sanggar
sartika tahun 2014 ? “
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan
Umum
Dari penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya pengaruh terapi yoga terhadap penurunan lingkar perut dan IMT
di wilayah….
2.
Tujuan
Khusus
a.
Mengetahui
distribusi frekuensi lingkar perut dan IMT dalam tubuh berdasarkan umur, dan
diet yang melakukan aktifitas fisik yoga di …..
b.
Mengetahui
perubahan lingkar perut dan IMT dengan diberikan aktifitas fisik yoga setiap
1x1 hari selama 30 menit dalam waktu 1 bulan di ………
D.
Mamfaat
Penelitian
1.
Bagi
Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini secara teortis
diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu di keperawatan dewasa terutama di
bidang terapi yoga terhadap nilai lingkar perut dan IMT
2.
Bagi
Pengguna
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan dapat dijadikan sumber informasi tentang pentingnya
olahraga yoga yang baik untuk dapat mengontrol penyakit yang membahayakan.
3.
Penlitian
selanjutnya
Mampu mengembangkan penelitian selanjutnya
berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini dan untuk meneliti
variabel lain yang terikat dengan opengaruh yoga terhadap lingkar perut dan IMT
atau variabel lain yang belum diteliti.
E.
Ruang
Lingkup Penelitian
1.
Lingkup
Materi
Materi yang dibahas dalam penelitian ini
adalah adanya pengaruh senam yoga terhadap lingkar perut dan IMT yang melakukan dengan yang tidak melakukan yoga
dikarenakan nilai lingkar perut dan IMT untuk menentukan seberapa besar untuk
mereka bisa terkena penyakit
2.
Lingkup
Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu
di sanggar sebanyak 30 orang usia 25-40 Pada usia ini rentan untuk sangat
rentang untuk terkena penyakit dikarenakan fungsi sistem yang di dalam tubuh
makin berkurang
3.
Lingkup
Waktu
Penelitian ini dilakukan dari merumuskan
fenomena sampai tahap pelaporan hasil
4.
Lingkup
Tempat
Ruang lingkup tempat dalam penelitian
pengaruh yoga terhadap ingkar perut dan IMT pada di desa phatok, peneliti
mengambil di Yogyakarta khususnya di pahtok karna pada setiap tahunnya
masyarakat yang mengalami obesitas dan peningkatan penyakit kardiovaskuler
setiap tahunnya meningkat.
F.
Keaslian
Penelitian
1.
Eniwati
(2011) meneliti Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Sleman Yogyakarta. Peneliti ini
menggunakan design eksperimen semum (quasi eksperimen), Non-Equivalent Control
Group. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Jumlah samel
sebanyak 34 responden, waktu penelitian 7-14 Februari 2011, alat pengumpulan
data menggunakan sphygmomanometer digital dan lembar observasi. Analisis
statistic darah sistol dan diastole yang signifikan pada kelompok perlakuan
sebelum dan setelah senam yoga adalah p-value 0,000<0,05, sedangkan hasil
analisa uji t terdapat tekanan darah sistol pada kelompok kotrol yang tidak
diberikan senam yoga adalah p-value 0,852 >0,05 dan tekanan darah diastole
0,817>0,05. Perbedaanya dengan peneliti ini adalah variabel terikat, samplenya
dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan metode yang dilakukan oleh peneliti
adalah Quasi Eksperiment dengan
rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre and post
test design dan variabel terikat
menggunakan skala ordinal.
2.
Peneliti
yang kedua dilakukan oleh Dwi Ayu tahun 2009 dengan judul pengaruh yoga
“pranayama” terhadap tingkat kecemasan pada klien gangguan jiwa dibadan
pelayanan khususnya rumah sakit jiwa propinsi bali. Metode pelelitian ini
eksprimen dengan pre eksprimental design
: pre tes-post test with control group.
Sampel sebanyak 62 orang yaitu 31 orang ekspriment dan 31 orang kontrol. Tehnik
pengumpulan data menggunakan lembar observasi dengan alat ukur yang digunakan
yaitu ASS (Analog Anxiety Scale).
Perbedaanya dengan peneliti ini adalah variabel terikat,
samplenya dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan metode yang dilakukan oleh
peneliti adalah Quasi
Eksperiment dengan rancangan pre test post test dengan
pendekatan one group pre and post test design dan variabel terikat menggunakan skala ordinal.
3.
Handayani
(2010) dengan judul “pengaruh pengelolaan depresi dengan latihan pernafasan
yoga (pranayama) terhadap perkembangan proses penyembuhan ulkus diabetikum di
RS Muntilan”. Jenis penelitian yang dignakan adalah dengan eksperimen terhadap
perkembangan proses penyembuhan ulkus diabetikum. Sampel peneliti berjumlah 8
responden ilkus diabetikum yang mengalami depresi, terdiri dari 3 responden
kelompok intervensi yang di berikan pranayama dan 5 responden sebagai kelompok
control. Hasil penelitian menunjukkan latihan pranayama dapat mengetahi
perkembangan proses penyembuhan ulkus (p value = 0.011) dan ppenurunan skor
depresi (p value = 0,017), namun tidak di temukan pengaruh depresi dengan
pranayama terhadap perkembangan proses penyembuhan ulkus diabetikum (p value =
0,105).
Perbedaanya
dengan peneliti ini adalah variabel terikat, samplenya dewasa, dan tempat
penelitian, sedangkan metode yang dilakukan oleh peneliti adalah Quasi Eksperiment dengan
rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre and post
test design dan variabel terikat menggunakan skala ordinal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar