Sabtu, 31 Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat, jumlah kasusu obesitas cenderung meningkat. Obesitas merupakan faktor terjadinya berbagai penyakit degenerative seperti obesitas, penyakit jantung dan kardiovaskuler. Banyak faktor yang memicu obesitas, seperti peningkatan masyarakat, perubahan pola makan menjadi tinggi kalori dan lemak serta rendah serat, dan perubahan pola aktivitas masyarakat yang mejadi semakin berkurang.  Penilaian status gizi dilakukan awal dalam mendeteksi obesitas dan faktor yang terkait. Terdapat ada dua cara penilaian status gizi, yaitu secara langsung yang antropometri, biokimia, klinis, fisik dan tidak langsung yang terdiri dari survey konsumsi makanan dan faktor ekologi. Antropometri merupakan indikator yang telah lama dan sering digunakan dalam penentuan status gizi. Indeks antropometri yang biasa digunakan untuk mendeteksi  obesitas antara lain Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar perut. Penilaian ini mudah dilakukan sehingga sering dicantumkan dalam semua macam penilaian gizi (septianan dkk, 2011).

Indeks Masa Tubuh (IMT), merupakan salah satu parameter yang banyak digunakan dalam menentukan kriteria porsi tubuh seseorang dibandingkan dengan tabel tradisional yang langsung membandingkan tinggi badan /berat badan. Salah satu alasannya ialah Indeks Massa Tubuh berkorelasi kuat dengan jumlah total lemak tubuh pada manusia yang mana dapat menggambarkan status berat badan seseorang (yohanes 2012), Selain itu Indeks Massa Tubuh itu juga dapat digunakan untuk menggambarkan secara kasar dari komposisi tubuh, meskipun tidak disertai nilai konstribusi berat dari lemak dan otot. Ukuran antrometri lainya yang didasarkan pada lingkar tubuh yang di gunakan di bidang ini yaitu rasio lingkar perut terhadap lingkar panggul (waistl hip ratio [WHR]) merupakan indikator distribusi lemak ketimbang jumlah total lemak di dalam tubuh.
IMT adalah volumetrik paling sederhana. Kita hanya membutuhkan data berat badan dan tinggi badan. Sayangnya, nilai yang didapat tidak menggambargan penyebaran lemak di dalam tubuh maka dari itu selain menggunakan ukuran IMT peneliti juga menggunakan metode pengukuran lingkar perut sebagai indikasi keberhasilan. Jadi lingkar perut merupakan salah satu indikator untuk mantau resiko kegemukan seseorang.
Menurut lingga (2011) Lingkar pinggang dan perut merupakan standar kesehatan seseorang. Memang tidak semua orang yang berbadan kerempeng selalu sehat dan orang gemuk selalu dekat dengan sakit namun orang yang berpinggang ramping memiliki resiko lebih rendah terhadap berbagai penyakit. Menurut pandangan para medis, perut buncit merupakan kriteria penentuan kegemukan dan status kesehatan seseorang. Semakin besar lemak visceral yang menumpuk di perut, maka orang tersebut lebih beriesiko menderita penyakit terkait dengan sindrom X (,2011). Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan IMT dalam menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral) karena peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar perut. Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal atau sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus tipe II. (Seidell dkk,). NHANES III menyebutkan kurang lebih 12% orang dengan IMT 27 menderita diabetes tipe II, yaitu 85%-90%, kurang lebih 46% penderita hipertensi, 30% pasien menderita hiperkolestroleia, sehigga penyakit ini sebetulnya dapat dicegah. (margetts dkk, 2009).
Menurut Gerberding (2003), memperlihatkan stastistik menjelaskan. 65% orang dewasa AS memiliki masalah kegemukan atau obesitas. Di tahun 2000, 38,8 juta orang. Indonesia sebagai Negara berkembang, saat ini juga masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan kesehatan yang kompleks. Selain kurang gizi dan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah utama, semakin tingginya prevalensi obesitas diberbagai daerah  juga mengkwatirkan  (Andrian, 2012). Penderita obesitas di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000 jumlah penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 26.7 juta (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta (4.7%). Berdasakan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa overweigth di Indonesia telah menjadi masalah besar yang memerlukan penanganan serius. (Gibney dkk, 2009).
Menurut  (Andrian, 2012) Pada tahun 2004 menurut indoesian  society for the of qbesity (ISSO) terjadi peningkatan prevalensi yaitu prevalensi pria overweight dan perempuan sebesar 21,9% dan 49% mengalami obesitas sedangkan pada perempuan sebesar 19,3%, mengalami overweight dan 38,8% mengalami obesitas. Dikota Yogyakarta kabupateb bantul, pada tahu 2003 didapatkan prevalensi obesitas masing-masing 7,8% dan 2,2%.
Untuk mengatasi penyakit kronis seperti obesitas, hipertensi, jantung coroner, stress dan asma, ini salah satunya adalah dengan menurunkan adanya pertambahan lingkar perut dan IMT dalam tubuh. Ada beragam cara pengobatan yang bisa diilakukan mulai dari pengobatan medis hingga nonmedis. Adapun cara non medis yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur menu makana dan melakukan olahraga secara teratur. Salah satu olahraga efektif efektif yang dapat dilakukan untuk meurunkan nilai lingkar perut dan IMT adalah dengan yoga.
Yoga adalah sebuah keterampilan, karena yang dikaji bukan hanya tubuh fisik saja tetapi juga jiwa seseorang. Gerakan-gerakan pada yoga sebenarnya berkaitan dengan simpul-simpul saraf otak. Kalau otak tenang, seluruh badan akan mengikuti  petunjuk otak. Terjadilah keseimbangan dengan hasil kesehatan. Gerakan-gerakan tertentu berkaitan dengan otak tertentu. (Wong, 2011) Yoga merupakan suatu bentuk olahraga fisik yang memiiki banyak mamfaat bagi kesehatan (Yang, 2007). Yoga mungkin menarik sebagai alternatif aerobic karena latihannya memerlukan sedikit ruangan, tidak memerlukan peralatan dalam latihannya, dan memiliki efeksamping berbahaya yang lebih sedikit. Keberhasilan yoga telah banyak terlihat pada penyakit jantung dan diabetes mellitus (Gordon dkk, 2008).
Yoga bukanlah merupakan olahraga yang berintensitas tinggi, dan baik mampu membakar kalori dalam jumlah besar. Namun, melakukan gerakan-gerakan lembut yoga secar rutin mampu membakar lemak sama efektifnya seperti latihan angkat beban (lebang, 2013). Menurut hasil penelitian di University of Pittsburgh, wanita yang melakukan latihan yoga rata-rata turun berat badan 13,5 kg. Sedangkan wanita yang melakukan latihan kekuatan rata-rata turun berat badan 11,5 kg berat badan (Anastasia, 2004)
Undang-undang Republik Indonesia Nomer 3 Tahun 2005, tentang system keolahragaan nasional, undang-undang ini terdidi dari 3 pasal yaitu 78, 79,dan 80. Isi dri pasal tersebut secara rinci dapat dilihat pada undangundang RI No. 3 Tahun 2005 tentang system keolahragaan nasional. Di daerah istimewa Yogyakarta sekarang  ini sudah banyak bermunculan tempat-tempat sanggar yang bertujuan untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kebugaran. Di Yogyakarta  kurang lebih ada….. dan setiap RW sudah ada kelompok senam yang melakukan latihn secara rutin. Masyarakat Indonesia pada saat ini mereka-mereka yang tertarik pada senam yoga pada umumnya terdiri dari orang-orang yang gemar pada kesehatan dan hal-hal yang bersifat spiritual. Nugroho (2004).
Dalam peneliti yang lain sudah banyak meneliti tentang yoga seperti peneliti sebelumya Handayani (2010)  dan Eniwati (2011) meneliti Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dengan Hipertensi Pada Lansia. Di penelitian sebelumnya hanya menjelaskan pengaruh yoga terhadap orang yang yang lebih bersiko dengan penyakit kardiovaskuler sedangkan  dalam peneliti inin membahas pengaruh yoga pada orang dewasa tampa melihat seseorang dengan berpontensi terkena penyakit atau tidak. Sehingga peneliti kali ini ingin membahas seputar nilai lingkar perut dan IMT dikarenakan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui nilai lingkar perut dan IMT yang normal dan sehat dan apa dampaknya jika tidak segera ditangani. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian khusunya tentang pengaruh yoga terhadap lingkar perut dan IMT di Yogyakarta khususnya di…

B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan “ Apakah  ada pengaruh terapi yoga terhadap lingkar perut dan IMT di sanggar sartika tahun 2014 ? “
C.     Tujuan Penelitian
1.   Tujuan Umum
Dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh terapi yoga terhadap penurunan lingkar perut dan IMT di wilayah….
2.   Tujuan Khusus
a.         Mengetahui distribusi frekuensi lingkar perut dan IMT dalam tubuh berdasarkan umur, dan diet yang melakukan aktifitas fisik yoga di …..
b.         Mengetahui perubahan lingkar perut dan IMT dengan diberikan aktifitas fisik yoga setiap 1x1 hari selama 30 menit dalam waktu 1 bulan di ………
D.    Mamfaat Penelitian
1.   Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini secara teortis diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu di keperawatan dewasa terutama di bidang terapi yoga terhadap nilai lingkar perut dan IMT
2.   Bagi Pengguna
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan sumber informasi tentang pentingnya olahraga yoga yang baik untuk dapat mengontrol penyakit yang membahayakan.
3.   Penlitian selanjutnya
Mampu mengembangkan penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini dan untuk meneliti variabel lain yang terikat dengan opengaruh yoga terhadap lingkar perut dan IMT atau variabel lain yang belum diteliti.
E.     Ruang Lingkup Penelitian
1.   Lingkup Materi
Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh senam yoga terhadap lingkar perut dan IMT yang  melakukan dengan yang tidak melakukan yoga dikarenakan nilai lingkar perut dan IMT untuk menentukan seberapa besar untuk mereka bisa terkena penyakit
2.   Lingkup Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu di sanggar sebanyak 30 orang usia 25-40 Pada usia ini rentan untuk sangat rentang untuk terkena penyakit dikarenakan fungsi sistem yang di dalam tubuh makin berkurang
3.   Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan dari merumuskan fenomena sampai tahap pelaporan hasil
4.   Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat dalam penelitian pengaruh yoga terhadap ingkar perut dan IMT pada di desa phatok, peneliti mengambil di Yogyakarta khususnya di pahtok karna pada setiap tahunnya masyarakat yang mengalami obesitas dan peningkatan penyakit kardiovaskuler setiap tahunnya meningkat.
F.      Keaslian Penelitian
1.   Eniwati (2011) meneliti Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Sleman Yogyakarta. Peneliti ini menggunakan design eksperimen semum (quasi eksperimen), Non-Equivalent Control Group. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Jumlah samel sebanyak 34 responden, waktu penelitian 7-14 Februari 2011, alat pengumpulan data menggunakan sphygmomanometer digital dan lembar observasi. Analisis statistic darah sistol dan diastole yang signifikan pada kelompok perlakuan sebelum dan setelah senam yoga adalah p-value 0,000<0,05, sedangkan hasil analisa uji t terdapat tekanan darah sistol pada kelompok kotrol yang tidak diberikan senam yoga adalah p-value 0,852 >0,05 dan tekanan darah diastole 0,817>0,05. Perbedaanya dengan peneliti ini adalah variabel terikat, samplenya dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan metode yang dilakukan oleh peneliti adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre and post test design dan variabel terikat menggunakan skala ordinal.
2.   Peneliti yang kedua dilakukan oleh Dwi Ayu tahun 2009 dengan judul pengaruh yoga “pranayama” terhadap tingkat kecemasan pada klien gangguan jiwa dibadan pelayanan khususnya rumah sakit jiwa propinsi bali. Metode pelelitian ini eksprimen dengan pre eksprimental design : pre tes-post test with control group. Sampel sebanyak 62 orang yaitu 31 orang ekspriment dan 31 orang kontrol. Tehnik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dengan alat ukur yang digunakan yaitu ASS (Analog Anxiety Scale).
Perbedaanya dengan peneliti ini adalah variabel terikat, samplenya dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan metode yang dilakukan oleh peneliti adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre and post test design dan variabel terikat menggunakan skala ordinal.
3.   Handayani (2010) dengan judul “pengaruh pengelolaan depresi dengan latihan pernafasan yoga (pranayama) terhadap perkembangan proses penyembuhan ulkus diabetikum di RS Muntilan”. Jenis penelitian yang dignakan adalah dengan eksperimen terhadap perkembangan proses penyembuhan ulkus diabetikum. Sampel peneliti berjumlah 8 responden ilkus diabetikum yang mengalami depresi, terdiri dari 3 responden kelompok intervensi yang di berikan pranayama dan 5 responden sebagai kelompok control. Hasil penelitian menunjukkan latihan pranayama dapat mengetahi perkembangan proses penyembuhan ulkus (p value = 0.011) dan ppenurunan skor depresi (p value = 0,017), namun tidak di temukan pengaruh depresi dengan pranayama terhadap perkembangan proses penyembuhan ulkus diabetikum (p value = 0,105).
Perbedaanya dengan peneliti ini adalah variabel terikat, samplenya dewasa, dan tempat penelitian, sedangkan metode yang dilakukan oleh peneliti adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan pre test post test dengan pendekatan one group pre and post test design  dan variabel terikat menggunakan skala ordinal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar